“Cerita di Balik Penolakan: Pramugari dan Pekerja Konstruksi”

Hatinya pun langsung ciut dan tergetar tatkala Suwandi yang berada dihadapannya tertawa penuh dengan kemenangan, “Hahaha….malam ini kamu jadi pem*asku, gadis cantik”. Keringat pun langsung mengucur deras membasahi tubuh Fonny, wajahnya nampak tersirat rasa takut yang dalam, dia menyadari betul akan apa-apa yang bakal terjadi terhadap dirinya.

Disaat seperti inilah dia menyadari betul akan ketidak berdayaan dirinya, rasa sesal mulai hadir didalam hatinya, akan sikap- sikapnya yang tidak berhati-hati terhadap Suwandi. Kini dihadapan Fonny, Suwandi mulai melepaskan baju kumalnya satu persatu hingga akhirnya tel*nj*ng bulat.

Walaupun telah berusia setengah abad lebih, namun karena pekerjaannya sebagai buruh kasar maka Suwandi memiliki tubuh yang atletis, badannya hitam legam dan kekar, beberapa buah tatto menghiasi dad*nya yang bidang itu. Isak tangis mulai keluar dari mulut Fonny, disaat Suwandi mulai mendekat ketubuhnya.

Tangan kanannya memegang bat*ng kem*lu*nnya yang telah tegak berdiri itu dan diarahkannya kewajah Fonny. Melihat ini Fonny berusaha memalingkan wajahnya, namun tangan kiri Suwandi secepat kilat mencengkram erat kepala Fonny dan mengalihkannya lagi persis menghadap ke bat*ng kem*lu*nnya..

Dan setelah itu dioles-oleskannya b*tang kem*lu*nnya itu diwajah Fonny, dengan tubuh yang bergetar Fonny hanya bisa memejamkan matanya dengan erat karena merasa ngeri dan jijik diperlakukan seperti itu. Sementara kepala tidak bisa bergerak-gerak karena dicengkraman erat oleh tangan Suwandi.

“Ahhh….perkenalkan rud*l gue ini sayang…..akhhh….” ujarnya sambil terus mengoles-oleskan b*tang kem*lu*nnya diwajah Fonny, memutar-mutar dibagian pipi, dibagian mata, dahi dan hidungnya. Melalui b*tang kem*lu*nnya itu Suwandi tengah menikmati kehalusan wajah Fonny.

“Hai cantik !….sekarang sudah kenal kan dengan k*nt*l gue ini, seberapa mahal sih wajah cantik elo itu hah ? sekarang kena deh ama ****** gue ini….”, sambungnya.
Setelah puas dengan itu, kini Suwandi mendorong tubuh Fonny hingga kembali terjatuh kekasurnya. Sejenak dikaguminya tubuh Fonny yang tergolek tak berdaya ditempat tidurnya itu.

Baju seragam pramugarinya masih melekat rapi dibadannya. Baju dal*man putih dengan dasi kupu-kupu berwarna biru ditutup oleh blazer yang berwarna kuning tua serta rok pendeknya yang berwarna biru seolah semakin membangkitkan bir*hi Suwandi, apalagi roknya agak tersingkap hingga pah*nya yang putih mulus itu terlihat.

Rambutnya yang panjang sebahu masih digelung sementara itu topi pramugarinya telah tergeletak jatuh disaat penyergapan lagi. “Hmmpphhh…mmhhh…”, sepertinya Fonny ingin mengucapkan sesuatu kepadanya, tapi apa perdulinya paling-paling cuma permintaan ampun dan belas kasihan.

Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Fonny menjadi tengkurap, kedua tangannya yang terikat kebelakang menempel dipunggung sementara d*da dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Suwandi itu kini mengusap-usap bagian pant*t Fonny, dirasakan olehnya pant*t Fonny yang sekal.

Sesekali tangannya menyabet bagian itu bagai seorang ibu yang tengah menyabet pant*t anaknya yang nakal “Plak…Plak…”. “Wah sekal sekali pant*tmu…”, ujar Suwandi sambil terus mengusap-usap dan memijit- mijit pant*t Fonny.

Fonny hanya diam pasrah, sementara tangisannya terus terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Suwandi secara perlahan-lahan mengusap kaki Fonny mulai dari betis naik terus kebagian p*ha dan akhirnya meny*sup masuk kedalam roknya hingga meny*ntuh kebagian sel*ngk*ngannya.

Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Suwandi, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kec*lana dal*mnya dan langsung meny*ntuh kem*lu*nnya. Kontan saja hal ini membuat badan Fonny agak menggel*at, dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Suwandi tadi langsung menusuk lob*ng kem*lu*n Fonny.

“Egghhmmmmm…….”, Fonny menjerit badannya meng*jang tatkala jari telunjuk Suwandi masuk ked*lam l*ang kew*nita*nnya itu. Badan Fonny pun langsung menggel*at- gel*at seperti cacing kepanasan, ketika Suwandi memainkan jarinya itu did*lam l*bang kem*lu*n Fonny.

Dengan tersenyum terus dikorek- koreknyalah l*bang kem*lu*n Fonny, sementara itu badan Fonny menggel*at-gel*at jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan r*ntihan- r*ntihan yang teredam oleh kain yang menyumpal mulutnya itu “Ehhmmmppphhh….mmpphhhh…..”.

Setelah beberapa menit lamanya, kem*lu*n Fonny pun menjadi basah oleh ca*ran kew*nita*nnya, Suwandi kemudian mencabut jarinya. Tubuh Fonnypun dibalik sehingga posisinya terl*ntang. Setelah itu roknya dis*ngkapkan keatas hingga rok itu melingkar dipinggulnya dan cel*na dal*mnya yang berwarna putih itu ditariknya hingga bagian bawah Fonny kini tel*nj*ng.

Terlihat oleh Suwandi, kem*lu*n Fonny yang indah, sedikit bulu-bulu tipis yang tumbuh mengitari lob*ng kem*lu*nnya yang telah membengkak itu. Dengan bern*fsunya direntangkan kedua kaki Fonny hingga meng*ngk*ng setelah itu ditekuknya hingga kedua pah*nya meny*ntuh ke bagian d*da.

Wajah Fonny semakin teg*ng, tubuhnya gentar, seragam pramugarinyapun telah basah oleh keringat yang deras membanjiri tubuhnya, Suwandi bersiap-siap melakukan pen*trasi ketubuh Fonny. “Hmmmmpphhh……….hhhhhmmmmppp…. ..”, Fonny menjerit dengan tubuhnya yang meng*jang ketika Suwandi mulai menanamkan b*tang kem*lu*nnya didalam l*bang kem*lu*n Fonny.

Matanya terbelalak menahan rasa sakit dikem*lu*nnya, tubuhnya menggel*at-gel*at sementara Suwandi terus berusaha menanc*pkan seluruh b*tang kem*lu*nnya. Memang agak sulit selain Fonny masih per*wan, usianyapun masih tergolong muda sehingga kem*lu*nnya masih sangat sempit.

Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Suwandi berhasil menanamkan seluruh b*tang kem*lu*nnya did*lam v*gina Fonny. Tubuh Fonny berguncang-guncang disaat itu karena dia menangis merasakan sakit dan pedih tak terkirakan dikem*lu*nnya itu.

Diapun menyadari bahwa malam itu keper*wanannya akhirnya terenggut oleh Suwandi.
“Ahh….kena kau sekarang !!! akhirnya Gue berhasil mendapatkan per*wan elo !”, bisiknya ketelinga Fonny.
Hujanpun semakin deras, suara guntur membahana memiawakkan telinga.

Karena ingin mendengar suara r*ntihan gadis yang telah ditaklukkannya itu, dibukannya kain yang sejak tadi menyumpal mulut Fonny.
“Oouuhhh…..baang….saakiitt…banngg….amp uunn …”, r*ntih Fonny dengan suara yang megap- megap.

Jelas Suwandi tidak perduli. Dia malahan langsung menggenj*t tubuhnya memopakan b*tang kem*lu*nnya keluar masuk lob*ng kem*lu*n Fonny.
“Aakkhh….ooohhhh….oouuhhhh….ooohhhggh… .”, Fonny mer*ntih-r*ntih, disaat tubuhnya digenj*t oleh Suwandi, badannya pun semakin menggel*at-gel*at.

Tidak disadarinya justru badannya yang menggel*at-gel*at itu malah memancing n*fsu Suwandi, karena dengan begitu otot-otot dinding v*ginanya malah semakin ikut mengurut-urut b*tang kem*lu*n Suwandi yang tertanam didalamnya, karenanya Suwandi merasa semakin nikmat.

Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga Suwandi terus menggenj*t tubuh Fonny, Fonny pun nampak semakin kepayahan karena sekian lamanya Suwandi menggenj*t tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya seolah telah hilang, er*ngan dan r*ntihan pun kini melemah, matanya mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat,

Sementara itu bib*rnya menganga mengeluarkan alunan-alunan r*ntihan lemah, “Ahhh…..ahhhh…oouuhhhh…”. Dan akhirnya Suwandi pun berej*kul*si di lob*ng kem*lu*n Fonny, kem*lu*nnya menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rah*m Fonny.

“A..aakkhhh…..”, sambil mengejan Suwandi melolong panjang bak srig*la, tubuhnya mengeras dengan kepala menengadah keatas. Puas sudah dia menyet*buhi Fonny, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai kl*maks dalam s*ksnya, puas dalam menaklukan Fonny, puas dalam merobek keper*wanan Fonny dan puas dalam memberi pelajaran kepada gadis cantik itu.

Fonny menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, dia sadar bahwa pasangannya telah berej*kul*si karena disakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri v*ginanya. Cairan kental hangat yang bercampur dar*h itu memenuhi lob*ng kem*lu*n Fonny sampai sampai meluber keluar membasahi p*ha dan sprei kasur.

Fonny yang menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya sudah lemah sekali. Dengan mend*sah puas Suwandi merebahkan tubuhnya diatas tubuh Fonny, kini kedua tubuh itu jatuh lunglai bagai tak bertulang. Tubuh Suwandi nampak terguncang-guncang sebagai akibat dari isak tangis dari Fonny yang tubuhnya tertindih tubuh Suwandi.

Setelah beberapa menit membiarkan b*tang kem*lu*nnya tertanam dilobang kem*lu*n Fonny, kini Suwandi mencabutnya seraya bangkit dari tubuh Fonny. Badannya berlutut meng*ngk*ngi tubuh lunglai Fonny yang terlentang, kem*lu*nnya yang nampak sudah melemas itu kembali sedikit- demi sedikit men*gang disaat merapat kewajah Fonny.

Dikala sudah benar-benar men*gang, tangan kanan Suwandi sekonyong-konyong meraih kepala Fonny. Fonny yang masih meringis-ringis dan menangis tersedu-sedu itu, terkejut dengan tindakan Suwandi. Terlebih-lebih melihat b*tang kem*lu*n Suwandi yang telah men*gang itu berkedudukan persis dihadapan wajahnya.

Belum lagi sempat menjerit, Suwandi sudah menc*koki mulutnya dengan b*tang kem*lu*nnya. Walau Fonny berusaha berontak namun akhirnya Suwandi berhasil menanamkan p*nisnya itu kemulut Fonny. Nampak Fonny seperti akan muntah, karena mulutnya merasakan b*tang kem*lu*n Suwandi yang masih basah oleh cairan sp*rma itu.

Setelah itu Suwandi kembali memopakan b*tang kem*lu*nnya didalam rongga mulut Fonny, wajah Fonny memerah jadinya, matanya melotot, sesekali dia terbatuk-batuk dan akan muntah. Namun Suwandi dengan santainya terus memompakan keluar masuk did*lam m*lut Fonny, sesekali juga dengan gerakan memutar-mutar.

“Aahhhh….”, sambil memejamkan mata Suwandi merasakan kembali ken*kmatan di b*tang kem*lu*nnya itu mengalir kesekujur tubuhnya. Rasa dingin, basah dan geli dirasakannya dib*tang kem*lu*nnya. Dan akhirnya, “Oouuuuhhhh…Fonnnyyy…sayanggg… ..”, Suwandi mend*sah panjang ketika kembali b*tang kem*lu*nnya berej*kulasi yang kini dimulut Fonny.

Dengan terbatuk-batuk Fonny menerimanya, walau sp*rma yang dimuntahkan oleh Suwandi jumlahnya tidak banyak namun cukup memenuhi rongga mulut Fonny hingga meluber membasahi pipinya. Setelah memuntahkan sp*rmanya Suwandi mencabut b*tang kem*lu*nnya dari mulut Fonny,

Dan Fonny pun langsung muntah-muntah dan batuk-batuk dia nampak berusaha untuk mengeluarkan cairan-cairan itu namun sebagian besar sp*rma Suwandi tadi telah mengalir masuk ketenggorokannya. Saat ini wajah Fonny sudah acak- acakan akan tetapi kecantikannya masih terlihat, karena memang kecantikan dirinya adalah kecantikan yang alami sehingga dalam kondisi apapun selalu cantik adanya.

Dengan wajah puas sambil menyadarkan tubuhnya didinding kasur, Suwandipun menyeringai melihat Fonny yang masih terbatuk-batuk. Suwandi memutuskan untuk beristirahat sejenak, mengumpulkan kembali tenaganya. Sementara itu tubuh Fonny meringkuk dikasur sambil terisak-isak. Waktupun berlalu, jam didinding kamar Fonny telah menunjukkan pukul 1 dini hari.

Sambil santai Suwandi pun menyempatkan diri mengorek-ngorek isi laci lemari Fonny yang terletak disamping tempat tidur. Dilihatnya album foto- foto pribadi milik Fonny, nampak wajah-wajah cantik Fonny menghiasi isi album itu, Fonny yang anggun dalam pakaian seragam pramugarinya,

Nampak cantik juga dengan baju muslimnya lengkap dengan ****** ketika foto bersama keluarganya saat lebaran kemarin dikota asalnya yaitu Bandung. Kini gadis cantik itu tergolek lemah dihadapannya, setengah badannya tel*nj*ng, kem*lu*nnya nampak membengkak.

Selain itu, ditemukan pula beberapa lembar uang yang berjumlah 2 jutaan lebih serta perhiasan emas didalam laci itu, dengan tersenyum Suwandi memasukkan itu semua kedalam kantung celana lusuhnya, “Sambil menyelam minum air”, batinnya.

Setelah setengah jam lamanya Suwandi bersitirahat, kini dia bangkit mendekati tubuh Fonny. Diambilnya sebuah gunting besar yang dia temukan tadi didalam laci. Dan setelah itu dengan gunting itu, dia mel*cuti baju seragam pramugari Fonny satu persatu.

Singkatnya kini tubuh Fonny telah tel*nj*ng bulat, rambutnya pun yang hitam lurus dan panjang sebahu yang tadi digelung rapi kini digerai oleh Suwandi sehingga menambah keindahan menghiasi punggung Fonny. Sejenak Suwandi mengagumi keindahan tubuh Fonny, kulitnya putih bersih, pinggangnya ramping, pay*dar*nya yang tidak terlalu besar, kem*lu*nnya yang walau nampak bengkak namun masih terlihat indah menghias sel*ngk*ngan Fonny.