“Perselingkuhan Yang sesungguhnya”
JGREK JGREEK JGREK….
Dengan kekuatan penuh, Pak Utet berusaha menyalakan mesin motor tuanya. Kaki rentanya berulangkali menendang pedal starter motornya kuat-kuat, berharap mesin motor bututnya dapat segera menyala.
JGREK JGREEK JGREK….
BRUUUUMMMM BRUUUUMMMM…
“Semangat amat pak..?” Tanya Bu Ratmi, istri Pak Utet, “Nendangnya jangan kenceng-kenceng, eling encoknya, ntar malah kambuh lagi… hihihihi…”
“Hak hak hak…Bu’ne-bu’ne… Wong wes jelas keliatan sehat gini kok encok’an…”
“Hari ini berangkat kerja bareng Neng Citra lagi pak?” Tanya Bu Ratmi lagi sambil menunggingkan pantatnya, mencantelkan bekal Pak Utet, gorengan pisang di gantungan motornya.
“Ho’oh Bu’ne…”
“Kok pagi-pagi kamu udah ngaceng aja pak’e?”
“Hah…? Ngaceng…? Mana…?” Tanya Pak Utet pura-pura tak tahu.
“Niiiihhhh…” Jawab Bu Ratmi ketus sambil meremas penis besar suaminya dari luar celana, “Kamu ngaceng mbayangin Neng Citra ya…?”
“Hak hak hak …Mbayangin Neng Citra piye toh? Aku itu ngaceng karena liat bokongmu kuwi loh Bu’ne… Nyangkutin makanan aja sampe nungging-nungging gitu… Semok montoknya pengen dicoblos… “
“Beneran pengen nyoblos…?” Tanya Bu Ratmi Manja, “Nih kalo mau nyoblos… ” Goda Bu Ratmi sambil mengangkat belakang dasternya tinggi-tinggi sampai kebatas pinggul. Memamerkan kemulusan pantat bulatnya yang berwarna coklat menggoda.
“Heeeh…. Kok nggak pake kancut kowe bu..”
“Hihihi… Ben gampang kalo mau nyoblosnya pak… Yuk buruan…”
“Kowe iki loh.. Masih diteras kok malah buka-buka daster.. Ntar ada yang liat loh….”
“Haadeeehhh… Nggak bakalan ada kok…. Khan ini masih subuh… Wes ayo buruan dicoblos… Aku wes siap…” Kata Bu Ratmi yang semakin menaikkan dasternya sambil merentangkan pahanya lebar-lebar. Sengaja memamerkan lubang pantat dan vaginanya yang ditumbuhi rambut lebat.
Karena posisi garasi motor Pak Utet ada di halaman samping rumah, Bu Ratmi sama sekali tak merasa risih untuk membuka baju. Terlebih dihalaman itu juga terdapat toko kelontong yang berpagar spanduk, membuat mereka berdua merasa aman untuk melakukan persetubuhan diluar ruang.
“Hak hak hak…. Gatel banget kowe Bu’ne…?”
“Laaaah… Khan ama suami sendiri gatelnya….Weeeekkk” Ejek Bu Ratmi, “Wes pak… Ayooo..” Ajak Bu Ratmi menggandeng pergelangan tangan Pak Utet ke arah kursi bambu di samping pintu toko.
Tanpa basa-basi, Pak Utet langsung meladeni permintaan istrinya. Ia lalu mematikan mesin motornya dan menurunkan resleting celananya. Dengan nafas menggebu karena nafsu, Pak Utet segera mengeluarkan penisnya yang sudah mengacung keras dan meminta Bu Ratmi yang sudah duduk di kursi bambu untuk menghisapnya.
Mengerti permintaan suaminya, Bu Ratmi segera membuka mulutnya dan mulai menghisapi penis Pak Utet. “Sluuurpp.. Kontolmu memang besar banget pak…” Puji Bu Ratmi. Walau sudah menikah lebih dari 10 tahun, Bu Ratmi tetap saja kagum akan kebesaran penis suaminya. Ia bahkan sering memamerkan kehebatan suaminya diranjang kepada rekan gosipnya.
“Kontol kaya gini nih yang selalu bikin wanita tergila-gila… Sluuurrpp…” Kata Bu Ratmi tante sambil terus menjilati dan mengocok penis Pak Utet
“Wuenak banget Bu’ne..”
Bu Ratmi lalu menurunkan tali dasternya dan mengeluarkan payudara besarnya yang berwarna sawo matang. Dengan ganas, Bu Ratmi lalu menggosok-gosokkan penis suaminya di payudaranya. Melumat lembut batang kebanggaan suaminya itu dengan daging bulatnya.
“Ouuuugh.. Bu’neeeee.. Nikmat bangettt….” Desah Pak Utet sambil bersandar memegangi dinding toko.
Tiba-tiba Bu Ratmi menghentikan kegiatannya, ia lalu merebahkan diri di atas kursi mambu lalu mengarahkan penis Pak Utet ke vaginanya.
“Wes… Ayo Pak….Cepet… Entotin aku pak…” Kata Bu Ratmi tak sabaran.
Tanpa diperintah lagi, Pak Utet langsung menancapkan kepala penisnya dibibir vagina Bu Ratmi.
“Oooughh..”, teriak Bu Ratmi.
“Kenapa Bu’ne..?”.
“Enak pak…. Penuh banget…. Wes… Ayo terusin..”
Melihat istriny merem melek keenakan, Pak Utet kembali menusukkan kepala penisnya. Perlahan, kepala penis itu mulai menyeruak masuk ke dalam vagina Bu Ratmi.
“Sakit nggak Bu’ne…? Sempit tenan tempikmu…”
“Nggak pak.. Terusin saja…. Oough..Terus pak..Ooughh…”.
Tak lama, batang penis Pak Utet akhirnya dapat terbenam seluruhnya, hanya menyisakan kumpulan rambut keriting kelamin mereka.
“Goyangin kontolmu pak… Ayo disodok-sodok…”
Perlahan tapi pasti, pak Utet mulai menggerakkan pinggulnya. Menarik dan mendorong penisnya ke dalam vagina Bu Ratmi yang berjembut lebat. Semakin lama, sodokan pinggul Pak Utet semakin cepat, menusuk dan mencabut vagina legit istrinya.
“Oughh paak… Teruuusss…”
“Hoooohhh…. Wenak Bu’ne…?”
“Wuenak banget paaakkk… ” Kata Bu Ratmi sambil merem-melek.
“Hak hak hak…. “
“Ojo keluar duluan ya pak…” Tambah Bu Ratmi sembari meremasi payudaranya.
Melihat Bu Ratmi meremasi payudaranya, membuat pak Utet tiba-tiba teringat kepada Citra Agustina, istri Marwan. Walau payudara 36B milik istrinya yang tak semulus dan sebesar payudara Citra yang 36D, tetap saja mampu membuat Pak Utet kesetanan. Setiap kali daging bulat itu bergoyang seiring sodokan batang penisnya, Pak Utet meremasnya keras-keras.
“Uuuuhhh…. Paaakk… Sakiittt… ” Jerit Bu Ratmi.
Mendengar istrinya kesakitan, Pak Utet seperti semakin kesetanan. Ia semakin mempercepat gerakan badannya. Maju mundur maju mundur. Dengan buas, lelaki tua juga menciumi puting payudara istrinya yang berwarna coklat kehitaman itu.
“Ough… pak… ” Tiba-tiba Bu Ratmi menarik tubuh Pak Utet supaya mendekat ke badannya, “Paaakk…aku mau muncrat pak….
Melihat istrinya kelojotan, Pak Utet semakin mempercepat gerakannya.
CLOK CLOK CLOK CLOK
Suara persetubuhan kelamin mereka terdengar begitu basah dan nyaring.
CLOK CLOK CLOK CLOK
“OOOOooooohhhhhhggg paaaaakkkk…. Aku muncrat paaakk… Kontolmu bikin tempikku enaaaak banggetttt… Terus paaakk… Goyang teruuuss…”
CREETT CRETTT CREEETT…
Tak perlu waktu lama, Bu Ratmi tenggelam di dalam orgasmenya. Meninggalkan Pak Utet jauh dibelakang.
“Hak hak hak…. Wes muncrat Bu’ne…? Wes puas…?”
“Hihihihi….Ho’oh pak… Nih coba kowe rasain pijetan tempikku….”
“Hak hak hak… Hiya… Meres banget ngurutnya…”
“Hihihihi… Makasih yo pak… Kowe mesti iso bikin aku puas pak…”
“Yowes kalo gitu… aku berangkat kerja dulu yaaa..” tanya Pak Utet yang buru-buru mencabut penisnya yang masih keras dari vagina istrinya.
PLOOP
“Sssshh……. Looohhh…. Kowe nggak mau muncratin pejuhnya sekalian pak…?”
“Nggak ah Bu’ne… Ntar kalo aku muncrat, siangnya pasti ngantuk…” Kata Pak Utet beralasan.
“Ntar kentang looohhh….?”
“Hak hak hak… Khan bisa nanti sore lagi…”
“Yowes kalo gitu… Sini aku jilatin dulu deh… Biar bersih…” Kata Bu Ratmi yang tanpa membetukan dasternya yang terbuka dibagian dada, buru-buru duduk dan menjilati penis suaminya.
“Pak….”
“Hmmmm….”
“Bener tadi kowe ngaceng bukan gara-gara mbayangin Neng Citra…?
“Haaaah…? Kok kowe mikirnya gitu..?”
“Ya kali ajah kowe kepincut ama Neng Citra… Dia khan cantik, putih, seksi, mulus, semok… Pokoknya aku ngerti lah pak wanita kesukaanmu..”
“Owalah… Hak hak hak… Cuman lelaki HOMO Bu’ne, yang nggak ngaceng kalo mbayangin Neng Citra…”
“Paaak’eee…” Potong Bu Ratmi manja sambil menggigit batang penis Pak Utet.
“Iiii… iyaaa iyaaa ampuuunnnn…. Hak hak hak …”
“Awas yaaaa… Jangan main-main ama dia…”
“hak hak hak… Kowe ngomong opo toh Bu’ne….Kowe khan ngerti, tak ada wanita lain yang lebih cantik daripada dirimu….”
“Gombal…. Awas aja loh ya kalo macem-macem ama wanita lain. Aku bakal potong kontolmu ini loh, biar ga bisa ngaceng lagi… ” Kata Bu Ratmi sambil meremas kantong pelir Pak Utet yang mengantung lemas itu keras-keras.
“Uuuugghh ngilu.. Yakin mau motong kontol aku…? Ntar memek gatelmu nggak ada yang nggarukin lagi loh…?”
“Hihihihi… Iya juga ya…”
“Hak hak hak… Kowe tuh ada-ada aja, wanita secantik Neng Citra, mana mau ama kakek-peyot renta kaya aku bu… Ngimpi… Hak hak hak…
“Ya intinya aku nggak mau pak’e jadi berpindah kelain hati…. ” Kata Bu Ratmi manja.
“Hak hak hak… uwes-uwes, ojo guyon wae… Ntar malah aku jadi makin telat iki…”.
“Ojo ngebut” Pesan Bu Ratmi.
“iyooo…”
“Ojo balapan”
“Ho’ooohh…”
“Ojo ngajak boncengannya mampir mampir…”
“Hehehe…”
“Laaah… Malah nyegir-nyengir… Beneran ini pak’e… Kamu jangan macam-macam ama istri Mas Marwan kuwi loh yaa…”
“Iyeeee… Bu’ne-ku saaaayaaaannggg….”
“Pokok’e…. Sing ati-ati dijalan ya Pak’e…”
Dengan wajah ceria, Pak Utet memberikan kecupan sayang ke dahi istrinya. “Doain aku biar hari ini selamat sampe kantor ya Bu’ne… Aku jalan dulu…”
Secepat kilat, Pak Utet buru-buru memutar tuas gasnya dan memacu motor tuanya secepat mungkin ke rumah Citra. Bak pembalap profesional, semua tikungan jalan ia libas degan mudah. Sehingga tak lama kemudian, lelaki tua itu sudah berasa di rumah kontrakan Citra.
Tanpa Bu Ratmi ketahui, sudah hampir seminggu ini Pak Utet bermain api dengan istri Marwan. Dan sudah selama itu pula penis besar suaminya sering bersarang dan memuntahkan benih cintanya kerahim Citra. Berangkat ke kantor bareng hanyalah sebuah kedok abal-abal yang digunakan pak Utet dan Citra untuk mengelabui orang-orang sekitar mengenai kedekatan hubungan kelamin mereka.
Begitu pula dengan Marwan, selama ini ia tak mengetahui jika istri tercintanya telah bermain serong dengan seorang office boy kantor. Yang ia tahu hanyalah, demi menghemat pengeluaran bulanan, Citra merelakan dirinya berpanas-panas naik motor tua untuk bisa berangkat pulang bersama seorang lelaki tua. Marwan tak tahu jika selain itu, Citra juga merelakan tubuh dan aurat tubuhnya untuk dinikmati lelaki berpenis besar itu.
“Selamat pagi Mas Marwan… Neng Citranya ada?” Ucap Pak Utet sopan sambil memarkir motor tuanya dihalaman rumah Marwan..
“Ehh… Pak Utet… Pagi Pak… ” Jawab Marwan, “Bentar ya pak… Sepertinya Citra baru mau mandi… Sayaaaanggg… Buruan mandinyaa… Pak Utet udah datang niihh…” Teriak Marwan lagi.
“Udah-udah nggak apa-apa mas… Santai saja…”
“Citra mah kalo mandi memang lama banget….”
“Hak hak hak… Biasa itu mas… Semua wanita memang seperti itu…” Kata Pak Utet,”Eh iya mas… Ini ada gorengan dari istri saya, lumayan buat sarapan…”
“Wuuuaaaah kebetulan pak … Makasih banyak pak, udah mau repot-repot terus tiap pagi…. Hehehe…”
“Hakha hak… Ah, hanya pisang goreng aja kok mas…. Nggak usah terlalu dibesar-besarkan..
“Hehehe… Makasih banyak ya pak….. Yaudah… Masuk aja pak… Tunggu di dalam…” Kata Marwan mempersilakan tamunya masuk, “Saya mau beli rokok dulu diwarung depan…”
Melihat Marwan berjalan menjauh dari rumah dan meninggalkan istrinya mandi sendirian, tiba-tiba muncul pikiran iseng di otak Pak Utet. Alih-alih menunggu Citra selesai mandi, Pak Utet malah ingin ikut mandi bareng. Dan segera saja ia menuju kamar mandi, lalu mengetuk pintunya pelan.
TOK TOK TOK
“Yaaa masss… Masuk ajaa… Nggak dikunci kok…” Kata Citra lantang dari dalam kamar mandi. Tak lama, pintu kamar mandi terbuka dan memperlihatkan sesosok wanita yang sedang telanjang bulat dengan rambut penuh busa.
Rupanya pagi itu Citra sedang keramas. Dan karena rambutnya penuh busa, Citra tak mampu melihat ke arah Pak Utet berdiri.
Celingukan, Pak Utet memperhatikan kondisi sekitar. “Aman…” Buru-buru ia masuk ke dalam kamar mandi, melepas semua bajunya, dan menggantungkannya di pintu kamar mandi.
“Kamu mau ikutan mandi mas…?” Tanya Citra. Rupanya ia masih belum sadar jika lelaki yang masuk kedalam kamar mandinya itu bukanlah suaminya ” Pak Utet ditinggal diluar ya..?”
Tanpa menjawab apapun, Pak Utet langsung mendekat ke tubuh basah Citra, lalu meraih payudara Citra yang menggantung basah dari belakang. Dan dengan penis yang sudah mulai berdiri, Pak Utet menempelkannya ke belahan pantat Citra sambil menciumi tengkuk wanita cantik itu.
“Uuuhh… Mas…. Nafsu amat…. ” Kata Citra yang merasa penis lelaki yang ada dibelakangnya mulai menyelip ke dekat bibir vaginanya.
“SLUURRPP… SLUUURRRPPPP” Jilat Pak Utet pada tengkuk leher Citra sambil sesekali menggigitnya pelan.
“Ssshh… Tumben tititmu pagi-pagi udah keras dan gini mas… Uuuhh…” Desah Citra sambil mulai memaju mundurkan pinggulnya, “Jadi bikin adek sange mas…”
BYUUUURRR….
Dengan santai, Citra mengguyur rambut panjangnya, membuat busa-busa shampo terbilas habis. Lalu dengan sekali seka, ia singkirkan rambut-rambut yang menutup wajahnya, dan menengok kebelakang.
“Pak Utet…?” Ucap Citra kaget
“Pagi Neeeng Citra Agustinaku sayaaang…” panggil Pak Utet dengan nada manja.
“Looohhh… Kok…?… Bapak ngapain masuk kesini? Mas Marwan,…?
“Hak hak hak… Santai saja Cah ayu.. Suamimu sedang ke warung depan buat beli rokok..”
“Tapi tapi… Bukan berarti bapak bisa masuk kekamar mandi seenaknya begini Paak…”
“Habisan ada yang kangen nih… Hak hak hak” Kata Pak Utet sambil kembali menggesek-gesekkan batang penisnya di belahan pantat Citra.
“Idihhh…. Pantesan kok aku ngerasa titit mas Marwan agak gedhean…. Eh ternyata itu tititnya Pak Utet…”
“Titit…? Titit mah punya laki kamu Neng… Kalo segede gini mah namanya KONTOL… Hak hak hak…”
“Eh iya bener… Si KONTOL MESUM… hihihihi…” Ucap Citra sambil tertawa, segera saja, iapun langsung berjongkok dihadapan selangkangan Pak Utet dan mulai menciumi serta mengocok penis lelaki tua itu, “Khan kangen yang itu bisa dilakukan dikantor pak… . Tapi nggak apa-apa deh, mumpung pagi ini aku belum dapet enak dari suamiku…hihihi…”
“Dasar bini gatel… hak hak hak…”
“Gatel minta digaruk kontol lelaki lain ya pak… Hihihihi… Ya sudah… Sini masukin…”
Segera saja, Citra langsung berdiri dan membalikkan badan. Sambil berpegangan pada bibir bak mandi, ia menunggingkan pantatnya, menyajikan vaginanya untuk disetubuhi lelaki tua ini.
Tanpa basa-basi lagi, Pak Utet mendekat maju dan menyibakkan kedua belahan pantat Citra sambil mendekatkan kepala penisnya yang sudah menegang ke vagina Citra. Karena tubuh Citra sudah basah karena guyuran air, tak sulit bagi Pak Utet untuk dapat menyarangkan kepala penisnya masuk kedalam vagina Citra.
CLEEEEPP
“Uuuuhhh.. Enak banget pak…” Desah Citra keenakan, “Ayo masukin terus pak … Sodok yang dalam…”
“Hak hak hak… Sabar Neng… Udah gatel banget yak memeknya..?”
“Hhhhssss…. Iya pak… Ayo buruan sodok memek aku…”
Hak hak hak…Yaudah… Bapak masukin semua yaaa..” Tanya Pak Utet basa-basi, “Niiihhh….”
SJLEBBB
Benar saja, tanpa menunggu lama, Pak Utet langsung melesakkan batang penisnya dalam-dalam. Membuat citra terhempas keras menabrak bibir bak mandi..
“Ooouugg… Pak… Sssshhhhh….. Besar banget… ” Desah Citra.
Walau sudah hampir seminggu penuh, vagina Citra ini Pak Utet bongkar setiap hari, selalu saja ia mengalami kesulitan untuk dapat langsung memasukinya dalam-dalam. ” AAaaaAhh pelan-pelan pak… Biarin memekku melar dikit…… Sakit..pak…
“Hak hak hak… Tadi katanya buruan masukin, sekarang minta pelan-pelan… “Goda Pak Utet, ” Uuuuhhh… Uuuuhhh… Uuuuhhh…” Tambahnya sambil mendorong-dorongkan kepala penisnya dengan paksa.
“Sssshhh… Pelan pak… Sakiitt….”
“Memek kamu memang hebat Neng.. Padahal udah tiap hari bapak sodok sodok… Eh masih saja peret gini…. Sempitnya memekmu kaya memek perawan ajah…” Heran Pak Utet, “Peret banget… Uuuuhhh… Uuuuhhh… Uuuuhhh…” Sodok Pak Utet keras.
“Ooohhh… Pak… Pelan pel…. laaannn….Ngiluuuu…”
“Hak hak hak… Baru masuk setengah nih Neng… Uuuuhhh… Uuuuhhh… Uuuuhhh…” Tak peduli omelan Citra, Pak Utet terus saja menyodokkan batang penisnya keras-keras. Bahkan saking kerasnya, terkadang batang penis itu terlepas keluar dan menjelepat kesana kemari.
“Peret banget neng… ” Raung Pak Utet, “Bentar bapak punya ide… ” Kata lelaki tua itu yang tiba-tiba menarik setengah penisnya yang baru saja masuk secara tiba-tiba.
PLOP
“Uhhh… Paaaakkk… Kok malah dicabut…” Desah Citra.
Buru-buru, Pak Utet berjongkok dibelakang pantat Citra, dan tanpa merasa jijik, ia segera menjilati vagina citra dari belakang.
“Ooohhh…. Paaak… Geliiii….”
“Juuuh… Sluuurpp… Juuuuh…. ” Suara Pak Utet setiap kali ia menjilati vagina Citra, “Juuuhhh… Biar licin Neng…” Kata Pak Utet.
Berulangkali, lidah Pak Utet menggelitik bibir vagina Citra, membuat istri Marwan ini menggelijang keenakan.
“Ooohh.. Pak… Udah udah, ayo masukin pak…” pinta Citra sambil menarik-narik rambut Pak Utet supaya segera menyetubuhinya
“Slluuurrpp… Clep clep clep… Sluurp…” Tak menggubris, Pak Utet terus menjilat dan mencolok-colokkan lidahnya ke vagina Citra dalam-dalam. Membuat Citra semakin mengejan-ngejan tak karuan.
“Ohhh… Oohhh… Pak… Aku mau keluar, pak pak… Aku mau keluar…”
Dan tak lama kemudian tubuh Citra mulai bergetar, ia mulai dilanda gelombang orgasme.
“Paaaakk…. Aku keluaarrr… Paaakkk….”
CREEET CREEET CREEET
Begitu melihat vagina Citra berkedut hebat dan mengeluarkan cairan kenikmatannya, buru-buru Pak Utet berdiri lalu langsung menyorongkan batang penisnya dalam-dalam. Citra yang tak siap akan sodokan batang penis Pak Utet ketika ia sedang orgasme langsung gelagapan.
“Oooouuuuggghhh… Paaaaakkk… Ampuuuunnnn…” Teriaknya
“Hak hak hak… Naaahhh… Ini baru enak rasanya neng… Uuuhh… Uuuhh… Uuuhh…” Erang Pak Utet sambil terus melesakkan penisnya, ia sama sekali tak membiarkan Citra berlarut-larut terlena dalam gelombang orgasmenya.
“Sempit bangeeeet Neeeng…” raung lelaki tua itu sambil terus menerus menusukkan penisnya dalam-dalam.
Karena Pak Utet begitu keras memaksa penisnya untuk dapat terbenam seluruhnya kedalam liang vagina Citra, kepala wanita cantik itu sampai terlonjak-lonjak. Supaya tak jatuh, Citra berpegangan ke bibir bak mandi. Hingga akhirnya,
SLEEEBB
Vagina mungil citra berhasil menelan batang penis Pak Utet. Dengan mata terpejam, dan menggigit bibir, citra berusaha menyuruh otot-otot vaginanya segera beradaptasi terhadap penis besar yang bersarang diliangnya. Karena ia tahu, sebentar lagi penis itu bakal mengaduk-aduk rongga vaginanya.
“Ooohhhsss…. Huenaknyaaaa Neeeeennggg….. Hangat banget”
“…” Citra tak mampu berkata apa-apa lagi. Ia hanya terdiam sambil berusaha menikmati sisa-sisa orgasmenya, sambil bersiap-siap menghadapi goyangan Pak Utet lebih lanjut.
Dan benar seperti apa yang ia kira, dengan kecepatan super cepat, Pak Utet mulai membombardir vagina montok citra.
CLOK CLOK CLOK
“Aah…Ahhh… Aaahhh…. Paaak… Ampuuunnn…” Jerit Citra tiba-tiba, “Sakiiittt…”
“Hak hak hak… “Tawa Pak Utet bangga, “Nikmatin aja Neeeng… Nggak usah dilawan..”.
“Aaah… Aah.. Aah… Ampuuun paaakkk…”
“Huenaaak gini kok minta ampun Neng…?” Goda Pak Utet sambil mulai meraih payudara citra yang berguncang hebat “Bapak bakal sodok memek legitmu sampe abis Neng…”
“Aah.. Aah… AaaaAAAAaaah…” Jerit citra setiap kali pinggul lelaki tua itu berhasil menghantam pantat semoknya.
Walau sakit, citra merasa sebuah kenikmatan yang agak berbeda pada persetubuhan terlarangnya pagi ini. Di tengah-tengah sisa kenikmatan orgasme yang baru saja ia rasakan, ia juga merasakan gelombang orgasmenya akan datang lagi. Dan ternyata, tanpa disadarinya, Citra ternyata mulai menyukai percintaan dengan cara kasar seperti ini.
“Ssshh… Paaakk….”
“Ya Neenng…?”
“Terus pak… Sodok yang kenceng…”
“Bener….? Tadi katanya sakit…?”
“Hihihi… Habisan henaaaakk…..” Pintanya manja. Sadar jika dirinya mulai menikmati perlakuan kasar Pak Utet, citra pun bertingkah semakin binal.
“Masukin terus pak… sodok terus sampe mentok abis… Sodok memekku yang kenceeeng pak…. Memek aku sudah gatel banget pengen dientot kontol besarmu pak.”
“Hak hak hak.. dasar bini gatel…”goda Pak Utet, “NIHHH RASAAIINN…” Sentak Pak Utet.
CLOK CLOK CLOK
Sentakan demi sentakan pinggul tua Pak Utet begitu keras menghajar vagina citra, menghantarkan gelombang kenikmatan citra semakin mendekat. Namun, gelombang ini tak seperti yang citra rasakan sebelumnya, gelombang orgasme ini agak aneh, terasa lebih panas, lebih kuat dan lebih dahsyat.
CLOK CLOK CLOK
“Nih.. Rasaain…. Mampus memekmu Neng… Mampus…” Kata Pak Utet menghajar vagina mungil citra keras-keras dengan penis besarnya.
“Oooohhh… Pak … Entotin memek aku paaakk…. Teruuusss…. “
“Nih…Nih…. Rasain….”
“Sssshhh paaaakkk… Teruuuusss paaaakkk… Aku mau keluuuuaaaarrrr….”
Menyambut orgasme barunya, otot-otot vagina citra terasa seperti ngilu, dan panasnya terasa hingga ke rahim. Gelinya menggelitik sampai ke sekujur badan, hingga membuat bulu-bulu tubuhnya merinding. Panas, panas dan semakin panas. Hingga akhirnya, vagina citra merasa ingin buang air kecil.
“Oooohhh…. Paaaakkk stttoopppppp…. Aku mau piiipiiiiisssss…..” Jerit Citra yang tiba-tiba kelojotan hebat. Tubuhnya mengejang dahsyat, hingga terlonjak-lonjak kedepan, menabrak dinding bak mandi.
Vaginanya berkedut dengan hebat, jauh lebih hebat dari sebelumnya. Sampai-sampai menyemburkan cairan bening ke segala arah.
CREEET CREEET CREEET CREEET CREEET CREEET
“Hak hak hak… Ternyata kamu bisa muncrat juga Neng…. Hak hak hak… ” Kata Pak Utet sambil terus menerus menggenjot vagina citra keras-keras.
“Ampuuun paaaakkk… Stooooppp… aku nggak kuat lagi paaak… ” pinta citra sambil mencoba menikmati orgasme barunya.
Namun, Pak Utet sepertinya ingin menyiksa citra lebih jauh lagi. Melihat wanita yang ada didepannya udah menyerah tanpa syarat, Pak Utet menjadi semakin beringas. Ia semakin mempercepat sodokan penisnya ke vagina gundul itu.
CLOK CLOK CLOK
Kocokan penis Pak Utet terlihat begitu cepat. Sangat cepat. Terlebih karena vagina citra baru saja orgasme, membuat penis Pak Utet semakin semena-mena, mengocok vagina mungil citra hingga berbusa. Tangan lelaki tua itupun semakin ganas, menarik-narik payudara citra kebelakang bak tali pelana, membuat citra seperti kuda balap yang sedang dipacu jokinya dalam kecepatan tinggi.
“Ampun paaak…. Ampuuuunnn… Aku keluaaarrr laaaaggiiii…” Jerit citra dalam kenikmatan.
CRET CREEET CRET CREEET CRET CREEET
Lagi-lagi, vagina citra menyemburkan cairan kenikmatannya.
“Lelaki tua ini sungguh perkasa… ” Kata Citra dalam hati, “Baru seminggu, Pak Utet mampu memberikan apa yang Mas Marwan tak mampu berikan selama 5 tahun….Dalam waktu tak kurang dari 5 menit, Pak Utet bisa menghadiahkan memekku orgasme berkali-kali…”
Lemas, tak berdaya, puas. Mendadak kaki citra tak mampu menahan berat tubuhnya. Dan seketika itu pula ia ambruk kedepan.
“Shhhh… Enak banget pak… Sampai lemes…”
Merasa kasihan akan apa yang citra rasakan, Pak Utet lalu mendiamkan sebentar penis besarnya. Ia membiarkan citra untuk beristirahat sejenak sambil merasakan kedutan kecil pada penisnya. “Memekmu jago mijit ya neng… Huenak……” Kata Pak Utet yang terus mengecupi tengkuk dan punggung citra.
“Bentar ya pak…. kontolnya jangan diCabut dulu…. Memek aku masih liinnnuu..”
“Yaudah….Sekarang dari depan aja yuk Neng…” Pinta Pak Utet.
Citra lalu membalik tubuhnya, wajahnya terlihat lemas tapi puas.
“Rebahan di lantai aja Neng…”
Segera saja, Citra langsung meletakkan punggungnya dilantai kamar mandi. Karena birahinya begitu tinggi, ia sama sekali tak merasakannya. Alih-alih, citra langsung membuka pahanya lebar-lebar, menyuguhkan vagina merahnya yang sudah merekah kepada lelaki tua yang bukan suaminya itu.
“Citra Agustina… Memekmu memang mempesona neng…” Kata Pak Utet sambil mendekatkan mulutnya ke vagina citra. Lagi-lagi, ia menjilati vagina wanita cantik itu sebelum menusukkan penis besarnya.
“Yuk Pak… Buruan…. Sebelum Mas Marwan pulang…”
Melihat Citra sudah siap, Pak Utet buru-buru mendekatkan kepala penisnya ke bibir vagina citra. Sambil meremasi tetek besar Citra, lelaki tua itu lalu mendorongkan pinggulnya maju, dan melesakkan batang perkasanya.
“Ahh.. Ooohh…” Erang Citra, “Kocok yang cepat pak… Khawatir Mas Marwan balik…” Pinta Citra semakin melebarkan pahanya.
“Begini Neng…?” Kata Pak Utet sambil mengocokkan penisnya dengan cepat.
CLOK CLOK CLOK…
Suara persetubuhan mereka terdengar begitu keras.
“Oooouuugghh… Paaakk… Gila… Kuaatt sekalii kontolmuuu”
“Deekk… kamu ngomong sama siapa?” Tanya Marwan dari luar kamar mandi.
***
Sambung ke part 4