LANJUTANNYA !!
“Kehujanan di Taman Kota Part 2”
Kasur yang aku baringi bergoyang. Kubuka mataku dan istri kakak iparku sudah tertelungkup di tempat tidur. Tangannya dia jadikan bantal dengan wajah membelakangiku. Maka, aku miringkan badanku. Dengan tangan kananku aku jadikan penyanggah kepala, aku menghadapkan tubuh kepadanya. Indah sekali tubuh telanjang itu. Buah dadanya menempel erat di tempat tidur dibawah tindihannya dan pantatnya menyembul penuh.
Rambut panjangnya yang jatuh menutupi pundaknya aku raih, aku belai. Jari-jemariku lalu turun mendapati punggungnya untuk mengusapnya lembut. Tetap diam istri kakak iparku saat pantat montoknya aku tepuk-tepuk.
“Eceu,”sambil meremas pantat montok itu, aku panggil dia.
Dan perlahan kepala itu terangkat dan berpaling wajahnya menghadap ke arahku untuk kemudian kembali rebah di atas tangannya, tapi ditatapnya aku. Bergeser aku mendekatinya. Ketika aku pepetkan tubuh telanjangku ke tubuhnya, ketika aku rangkulkan tangan kiri ke tubuh telanjangnya, matanya kembali terpejam sementara dagunya sedikit terangkat untuk memberi kesempatan aku mengambil bibirnya.
“Tidak dingin?”Tepat di depan telinganya, pelan aku bertanya.
“Kan ada Amir,”dengan suara lirih mendayu, istri kakak iparku menjawab.
Gereget sekali aku mendengarnya. Maka, paha kiriku aku timpakan ke atas pantatnya dan dengan gemas aku peluk dia, aku ciumi pipinya bertubi-tubi sementara hanya jeritan genit yang keluar dari bibir indahnya.
Aku naiki tubuh istri kakak iparku. Aku selipkan kedua tanganku ke bawah tubuhnya, menyentuh buah dadanya dan aku gigit pundaknya. Kembali istri kakak iparku menjerit-jerit genit. Kontolku aku tekan-tekan ke pahanya, sayangnya kontolku tidak bereaksi. Aneh. Padahal sudah hampir sepuluh menit yang lalu aku buang sperma ketika di oral sang kekasih.
Dengan mendadak aku tarik istri kakak iparku terlentang dengan aku tertindih dibawah tubuhnya. Aku remas buah dadanya, aku selipkan jari tengahku di lubang kemaluannya untuk memainkan klitorisnya, dan aku jilat telinganya. Istri kakak iparku menggeliat nikmat karena kejahilan kedua tanganku. Sayangnya kontolku masih belum juga mau berdiri. Heran aku dibuatnya karena baru kali ini kontolku butuh waktu lama untuk bangun. Ada apa, ya?
Karena kontolku belum juga berdiri, aku turunkan dia dari atas tubuhku. Kuolengkan kepalaku ke kanan dan kuhampiri wajahnya, lalu kuambil bibirnya, menyedotnya pelan. Ketika istri kakak iparku membalas kulumanku di bibirnya, aku tempelkan kontolku di paha kirinya dan aku gesek-gesekkan dengan harapan kontolku cepat kembali perkasa.
Bibir-bibir kami yang bergumul panas terlepas karena ada kilatan panjang di kaca jendela kamar hotel dan dar! bunyi geledek yang maha besar menyusul membuat kaca jendela kamar bergetar. Berbarengan dengan itu, tangisan Neng, anak istri kakak iparku terdengar. Bunyi geledek itu pasti mengejutkan dia yang sedang pulas tertidur.
Istri kakak iparku mendorong aku menjauh. Berbalik dia mendekati anaknya, mengambilnya dalam dekapannya untuk menenangkan kembali anaknya. Kutatap tubuh bugil yang membelakangiku itu. Pelan kuhela nafas lega. Untung saja anak itu bangun, batinku. Jadi aku tidak perlu berjuang keras untuk membangunkan kontolku. Mau ditaruh dimana wajah ini kalau istri kakak iparku menyadari kekasihnya ini tidak jantan lagi. Malu, cui.
“Amir, tolong ambilkan minum,”pinta istri kakak iparku.
Dengan sigap aku bangun dari tidurku dan segera turun dari tempat tidur. Berjalan aku menuju meja tempat istri kakak iparku menyimpan barang-barang bawaan kami. Setelah mengambil botol air minum sekaligus asoy berisi jajanan, kembali aku mendekati istri kakak iparku yang sudah duduk di atas tempat tidur, memangku anaknya. Kuserahkan botol air minumnya. Ketika istri kakak iparku memberi minum anaknya, aku duduk di sisi pinggir tempat tidur. Kutatap dia. Rambut panjangnya jatuh menjulur menutupi buah dada-buah dadanya.
Asoy aku buka dan mengambil roti dari dalamnya untuk kemudian aku berikan kepada Neng, anaknya. Istri kakak iparku yang menyambutnya. Setelah membuka plastik pembungkusnya, dia serahkan roti itu ke anaknya. Neng pun menghentikan tangisnya dan langsung memakan rotinya. Kemudian istri kakak iparku ikut mengambil roti dari dalam asoy. Aku pun mengambil satu buah, roti rasa stroberi.
“Tumben burung Amir belum bangun?”Dengan roti yang dipegangnya, istri kakak iparku menunjuk selangkanganku.
Alamak, terbongkar sudah rahasiaku siang ini. Rupanya dia menyadari kalau kontolku belum bangun. Sialan…
Untuk memghilangkan rasa malu, naik aku di atas tempat tidur dan melangkah mendekatinya.”Eceu mau, kan bantu membangunkannya?”
Mendongak istri kakak iparku, menatap aku yang berdiri sambil memegang roti di tanganku.”Amir mau apa?”
“Mau bikin rudal rasa stroberi.”Kusobek plastik pembungkus roti. Kupatahkan roti menjadi dua bagian. Stroberi yang ada di dalam roti aku oles-oleskan pada batang kontolku.
“Nanti di rubung semut lo burungnya,”ucap istri kakak iparku dengan penuh keheranan.
“Tidak akan, Ceu. Kan stroberinya sudah duluan dijilat Eceu?”
“Maksudnya?”
Kontolku yang kini berwarna merah tua aku dekatkan ke mulutnya. Istri kakak iparku menghindar dengan memundurkan kepalanya ke belakang, tetapi dengan cepat aku jambak rambutnya. Aku tarik wajahnya mendekat ke kontolku yang masih “tertidur” itu.”Dijilat, Ceu.”
Istri kakak iparku membungkamkan mulutnya. Maka aku pegang kontolku dan aku tempelkan di bibirnya. Dengan sedikit paksaan akhirnya mulutnya membuka dan aku sorongkan kontolku masuk.
Tak lama kemudian, istri kakak iparku mendorong pahaku menjauh, sehingga kontolku terlepas dari mulutnya. Dengan telapak tangannya, dia lap mulutnya. Lalu,”Manis.”
Maka, aku majukan kembali kontolku. Tangan istri kakak iparku menyambutnya, memegangnya hati-hati. Dan,”Burungnya mulai membesar, Amir.”
“Disedot lagi, Ceu,”sambutku bersemangat,”biar tambah besar.”
Bukannya disedot, istri kakak iparku malah menjilati kepala kontolku, menjilati batang kontolnya, sehingga warna merahnya menghilang.
“Dijilat-jilat saja, ya, Ceu, jangan dimakan,”gurauku.
“Salah sendiri kenapa enak rasanya,”jawab istri kakak iparku setelah berhenti menjilati kontolku.
“Eceu mau rasa lain?”
Menggeleng kepalanya.
Kontolku kini mengembang dalam pegangan istri kakak iparku.
“Dijilat lagi, Ceu,”pintaku kemudian.
“Sebentar,”jawabnya,”Haus sangat.”
Neng yang sedari tadi anteng duduk dipangkuannya, dia dudukkan di sampingnya. Dia pegangkan botol air minum di tangan anaknya. Dia ambil roti dari dalam asoy dan dia berikan pada anaknya itu. Setelah anaknya tenang dengan makanannya, istri kakak iparku mengambil minuman kaleng berkarbonasi dari dalam asoy. Penutup kalengnya dia buka dan meneguk isinya. Rupanya benar-benar kehausan dia.
Ketika kembali dia menempelkan kaleng minuman ke bibirnya, kuangkat meninggi pantat kaleng minuman itu sehingga isi minuman kaleng itu tumpah mengenai tubuh telanjangnya.
“Amir jahat,”teriak istri kakak iparku sambil mengibas-ibaskan tubuh basahnya.”Jadi basah, kan.”
“Eceu diam,”ujarku.”Biar aku keringkan.”
“Mengeringkannya pakai apa?”
“Biar aku jilat.”
“Tidak mau, Amir. Jangan.”Istri kakak iparku menahan wajahku yang sudah mendekat, tetapi kupaksakan mencapai buah dadanya.
“Jangan, Amir. Geli,”ucapnya karena bibirku sudah menjilati puting susunya.
Kulingkarkan tangan aku ke tubuh telanjangnya dan kujilati tubuhnya yang basah. Lalu,”Rasa Fanta, Ceu.”
Kutinggalkan tubuh telanjang itu. Selagi istri kakak iparku mengusap tubuhnya yang basah dengan minuman Fanta yang bercampur dengan ludahku, dari dalam asoy aku keluarkan satu kaleng minuman lagi. Kubuka kaleng minuman itu dan menyiramkan isinya ke areal kemaluannya.
“Hei, Amir!”Dengan kelabakan istri kakak iparku mengibas-ibaskan butiran-butiran air minum berkarbonasi yang menempel di bulu-bulu jembutnya yang rapi.
“Awas kena si Neng,”tukasnya karena kembali aku siramkan air berkarbonasi itu ke tubuhnya.
Untung saja Neng tidak ribut. Sambil menikmati roti di tangannya, dia tetap duduk diam di tempat tidur, menonton Mimihnya yang berbasah-ria.
“Hei Amir, kasurnya basah.”Istri kakak iparku menunjuk seprai kasur kami yang telah berubah warna menjadi warna-warni akibat tumpahan minuman kami.
“Pindahkan Nengnya, Amir,”perintahnya kemudian.
Sambil mengangkat Neng, turun aku dari tempat tidur. Aku dudukkan dia di lantai. Kuambil asoy dan kubuang isinya disamping Neng agar dia tidak mengganggu keasyikan kami.
Melihat Neng menikmati permen-permennya, naik lagi aku ke atas tempat tidur. Kemudian aku tabrak dia sehingga istri kakak iparku terdorong rebah.
“Basah,”ucapnya karena tempat dia berbaring memang basah.
Kulayangkan pandangan untuk mencari bagian kasur yang belum terkena tumpahan air minum, lalu,”Pindah ke bagian sini, Ceu.”
Maka, aku ambil kakinya dan menariknya agar bergeser dia menuju pinggir tempat tidur yang masih kering. Dengan posisi kakinya yang menjuntai ke bawah, kemaluannya yang tertutupi jembut-jembut halus itu terlihat melengkung. Turun aku dari tempat tidur dan mendekati dia yang diam terlentang. Bersimpuh aku didepannya. Kemudian, dua kakinya aku buka lebar dan kepalaku menyelinap masuk di antara paha-pahanya. Kudatangi selangkangannya. Ada semerbak coca cola di sana.
Terangkat pantatnya ketika lidahku menyentuh areal kemaluannya, menjilat kemaluannya.
“Memek rasa coca cola,”teriakku untuk kemudian kembali membenamkan mulutku ke kemaluannya.
Dapat aku dengar istri kakak iparku tertawa geli ketika bibirku menyedot-nyedot kemaluannya. Aku pun selingi dengan menjilat pelan klitoris yang berada didalam belahan memanjang kemaluannya. Kini yang terdengar hanya desahan istri kakak iparku dengan diiringi geliat tubuhnya yang membuat aku makin bersemangat mencumbui area kemaluannya sementara tanganku meremas buah dadanya.
Sambil tetap mencumbui memek rasa coca cola itu, aku bergeser naik ke tempat tidur dan menaiki tubuh istri kakak iparku. Dengan gaya Enam Sembilan, kontolku langsung dia pegang dan dimasukkannya ke mulutnya. Disedot-sedotnya kontolku, lalu dia keluarkan lagi. Dia pun menjilati batang kontolku. Dari ujung kontol hingga ke pangkalnya, dia jilat. Selagi dia menikmati rasa stroberi di kontolku, aku pun kembali menjilat-jilat kemaluannya. Jari telunjukku aku tusukkan ke lubang kemaluannya. Kusentuh G-Spot-nya dan istri kakak iparku menggeliat manja. Desahannya terdengar.
Kontolku aku tarik dari genggaman istri kakak iparku. Aku tinggalkan tubuhnya dan turun dari tempat tidur. Berdiri aku dihadapannya istri kakak iparku yang masih terbaring. Kedua kakinya mengangkang lebar. Kemaluannya masih penuh meninggi.
“Kita mandi dulu, yuk,”ajakku.
“Kenapa harus mandi, Amir,”tolaknya,”Mau pulang sekarang?”
“Tidak.”Aku duduk disampingnya, menyentuh pahanya.”Kita harus mandi sebelum main.”
“Memangnya kenapa?”heran dia bertanya.
“Kalau nanti malam suami Eceu minta jatah, dia pasti heran kalau tahu memek Eceu berasa coca cola,”jawabku sedikit bergurau,”Apalagi waktu dia melihat ada sisa stroberi di dalam memek Eceu.”
“Amir ini ada-ada saja.’Dinaikkannya kedua kakinya ke pinggir tempat tidur, sehingga kemaluannya jelas terlihat. Lalu,”Itu mah urusan saya.”
Kembali aku berdiri dari dudukku. Kuambil bantal. Kuangkat pahanya tinggi dan kuletakkan bantal dibawah pantatnya. Kini kemaluan berselimut bulu-bulu tipis itu mengembung penuh.
Menjengit dia karena aku sentuh kemaluannya. Dia biarkan areal kemaluannya aku usap-usap sehingga membasah tanganku oleh cairan yang keluar dari lubang kemaluannya.
Beranjak aku naik ke tempat tidur. Kukuakkan kedua pahanya dan menempelkan kontolku di lubang kemaluannya. Sengaja aku tidak segera memasukkan kontolku. Aku ingin bermain-main dulu. Kontolku hanya aku oles-oleskan di belahan memanjang yang berselimut jembut tipis itu. Kutusuk lalu kutarik kembali. Kulihat istri kakak iparku geregetan, tapi aku tetap belum menghujamkan kontolku.
Akhirnya istri kakak iparku memegang kontolku. Dia tahan kontolku agar tidak berlari lagi. Dia letakkan kontolku di ambang lubang kenikmatan miliknya dan dia angkat pantatnya meninggi sehingga kontolku lenyap sebagian dalam lubang kemaluannya. Melenguh dia.”Ah…”
Karena lubang kemaluan itu memang sudah penuh cairan, maka lancar saja kontolku tenggelam. Setelah meninggikan kakinya menempel di dadaku, kupegang pinggangnya dan aku pun mulai melancarkan seranganku. Cepat kontolku maju mundur dan desahan istri kakak iparku pun terdengar berirama.”Ah.. uh.. ah… uh…”
Kakinya yang bergantung di dadaku aku alihkan ke samping sehingga posisi istri kakak iparku menyamping dan kembali kusodok-sodokkan kontolku dengan sesekali aku putar kontolku mengitari lubang kemaluannya. Sambil memajumundurkan kontolku, tanganku meremas buah dadanya sementara istri kakak iparku tetap mendesah-desah nikmat.”Ah..ah..ah…”
“Mimih,”Dari belakang kami terdengar ada suara memanggil.
Aku menoleh dan kulihat Neng berdiri disamping tempat tidur, berusaha untuk menaiki tempat tidur. Maka kucabut kontolku dari lubang kenikmatan itu. Kuangkat Neng dan kutaruh dia disamping Mimihnya.
“Mau apa?”tanya istri kakak iparku pada anaknya yang merengek sambil menarik-narik kaos yang dikenakannya.
“Dingin, Neng,”ucap istri kakak iparku lagi, tetapi Neng tetap merengek.
Akhirnya istri kakak iparku bangkit dari tidurnya dan duduk. Rupanya Neng minta kaosnya dibuka. Rupanya dia juga ingin telanjang seperti Mimihnya. Setelah kaosnya dilepas, Neng pun segera memeluk Mimihnya, menciumi pipinya, dan istri kakak iparku pun merangkulnya.
“Amir lihat apa?”Istri kakak iparku bertanya saat melihat aku yang diam menonton dua orang perempuan yang telanjang didepanku.
“Aku lagi membayangkan Eceu sewaktu kecil,”ucapku dengan nada bercanda,”Pasti seperti Neng saat ini.”
Istri kakak iparku mencibirkan bibirnya. Ditutupinya Neng dari pandanganku.
“Jadi pengen lihat memek Neng, Ceu,”ucapku lagi,”Pasti sama dengan memek Eceu waktu kecil.”
“Awas, jangan macam-macam, Amir.”Eceu mengepalkan tangannya ke arahku.
Hahaha! Tertawa aku.
“Ya, sudah. Aku ngerjain Mimihnya saja kalau begitu.”Kudorong kembali dia menyamping. Aku angkat paha kanannya meninggi. Kuludahi tanganku dan kuusapkan ke lubang kemaluannya. Kemudian kontolku aku selipkan ke bagian bawah belahan pantatnya menuju lubang kemaluannya dan aku tinggal dorong kontolku dan istri kakak iparku tinggal melenguh nikmat. “Aahh….”
Neng diam melihat aku yang bergerak maju mundur dibelakang pantat Mimihnya. Kuelus rambutnya dan kubagi dia satu senyuman agar dia tidak mengganggu aku dalam memberi kepuasan bagi Mimihnya. Pandangan Neng kemudian beralih ke Mimihnya yang sedang mendesah-desah dengan mata yang merem melek. Neng menyentuh pipi Mimihnya dan istri kakak iparku membuka matanya. Tersenyum dia untuk anaknya. Dielusnya pipi anaknya untuk meyakinkan anaknya kalau dia menikmati perlakuan Oom si Neng itu.
Kuangkat kaki kanan istri kakak iparku tinggi melewati aku. Kini istri kakak iparku terlentang. Tetap aku tusuk-tusukkan kontolku ke lubang kemaluannya. Tetap melenguh istri kakak iparku dan aku teruskan mengagahinya, membuat dia mendesah-desah, membuat tubuhnya menggeliat-geliat. Neng menjatuhkan diri ke tubuh Mimihnya. Istri kakak iparku mengelus rambut anaknya, tapi tetap mendesah.”Ah… ah…ah…”
Hampir tertawa aku karena Neng yang telanjang menaiki Mimihnya. Dengan menghadap ke arahku, dia bebas menatap aku yang sama telanjang yang maju mundur memasukkan kontolku di lubang kenikmatan milik Mimihnya. Pandanganku tertuju pada belahan memanjang yang ada di selangkangan Neng. Melihat kemaluan Neng yang tanpa bulu itu, membangkitkan birahiku, membuat aku mempercepat tusukanku ke kemaluan istri kakak iparku. Kuelus pipi imutnya dan Neng tersenyum. Kupegang dadanya. Sayang tidak terasa kekenyalannya.
Neng turun meninggalkan tubuh Mimihnya. Berdiri dia disamping Mimihnya yang masih mendesah-desah nikmat akibat aku tusuki kemaluannya. Sambil tertawa-tawa, Neng meloncat-loncat. Istri kakak iparku ikut tertawa melihat anaknya itu, tapi kemudian kembali terpejam matanya untuk menikmati kemaluannya dipenuhi oleh batang kontolku. Aku remas buah dadanya.
Sambil tetap menyetubuhinya, aku timpa istri kakak iparku dan mengambil bibirnya dan Neng masih tetap berloncat-loncatan. Tawanya kembali pecah melihat kami yang saling tindih, saling rangkul, saling berpagutan dengan pantatku yang naik turun diantara dua paha Mimihnya yang mengangkang lebar. Tawanya lebih keras terdengar karena Mimihnya yang ribut mendesah-desah.
Kontolku mulai berdenyut-denyut. Maka, aku lepaskan pelukan di tubuhnya. Dengan kedua tangan berada di kedua sisi tubuh telanjangnya, aku tinggikan tubuhku. Aku naikkan paha kiriku menimpa paha kanannya dan aku percepat tusukan di lubang kemaluan itu. Desahan istri kakak iparku yang keras bersaing dengan tusukan kontolku hingga akhirnya aliran air deras melewati batang kontolku.
Kutarik lepas kontolku dari lubang kemaluan itu. Batang kontolku aku genggam kuat-kuat dan cepat-cepat aku meninggalkan tubuh istri kakak iparku. Kutuju wajahnya. Setiba kontolku didepan wajahnya, istri kakak iparku membuka mulutnya, siap menerima muntahan sperma. Tersenyum aku, tapi aku alihkan kontolku dan kulepaskan peganganku di batang kontolku sehingga sperma pun muncrat memenuhi wajah cantiknya. Gelagapan dia karena matanya tertutup sperma, begitu pula lubang hidungnya. Sementara disamping kami, Nemg tertawa geli melihat wajah Mimihnya yang dipenuhi cairan kekuning-kuningan.
“Amir jahat,”rajuk istri kakak iparku.
Aku hanya diam. Aku memilih untuk membaringkan diri di sampingnya untuk menikmati kepuasan yang sudah aku reguk untuk kedua kalinya, untuk menormalkan nafasku, sekaligus mengembalikan stamina sebab siapa tahu akan ada babak-babak berikutnya. Disampingku, istri kakak iparku membersihkan wajahnya dari ceceran sperma sementara Neng masih tetap meloncat-loncat.
NEXTTT PARTTT YAAA