- PART 11
“Kehujanan di Taman Kota“
Langit Palembang, siang itu, diwarnai awan menghitam, bergelombang, saling bertumpuk, dan merapat sementara angin bertiup kencang, menghamburkan dedaunan, tapi aku dan sang kekasih, istri kakak iparku, sudah berada di Kambang Iwak, ikon taman kota satu-satunya di Palembang di era 70-an.
Karena langit Palembang semakin gelap dan angin makin keras bertiup, kuajak dia meninggalkan Kambang Iwak. Ketika air mulai turun rintik-rintik, aku gendong Neng dan kugandeng istri kakak iparku menyeberangi jalan. Untunglah kami sempat mencapai hotel yang ada di seberang jalan kala hujan menderas yang disertai dengan gemuruh membelah langit.
Angin yang bertiup kencang menyebabkan air hujan tempias mengenai kami yang berdiri di teras bersama beberapa orang lain. Maka aku ajak dia masuk ke dalam lobi hotel. Lobi hotelnya luas dan terang. Di dinding-dindingnya terpajang pigura-pigura bergambarkan Palembang tempo dulu, sedang di sudut-sudutnya terdapat sofa-sofa yang disusun memanjang.
Melangkah aku menuju jajaran sofa dengan istri kakak iparku mengikuti dari belakang. Setelah aku duduk di sofa, istri kakak iparku pun ikut duduk disampingku. Dia angkat Neng dan mendudukkannya di tengah di antara kami.
“Ini dimana?”tanya istri kakak iparku dengan nada khawatir.”Yang punya gedung marah tidak kita menumpang berteduh?”
Kutatap dia dan kuberi satu senyuman agar dia tenang.
“Baju Eceu basah, ya?”Aku pegang lengan bajunya yang lembab terkena percikan air hujan.
“Pakaian Neng yang basah.”Istri kakak iparku membiarkan anaknya turun dari sofa.
“Tidak boleh ke sana,”larang istri kakak iparku karena anaknya mengajak mendekati akuarium yang penuh ikan-ikan warna-warni di sudut lobi.”Tidak boleh ke sana, Neng.”
“Biarkan saja, Ceu,’ucapku.”Biarkan dia bermain.”
“Nanti dimarahi Oom sana tuh.”Istri kakak iparku menunjuk ke Satpam yang berdiri di pintu masuk.
“Biarkan saja, Ceu,”ucapku lagi.
Maka istri kakak iparku melepaskan tangan si Neng. Langsung saja si Neng melangkah mendekati akuarium yang sangat menarik perhatiannya itu. Dan aku biarkan istri kakak iparku mengikuti anaknya yang melangkah menjauhi aku.
Ketika istri kakak iparku dan anak perempuannya berada di depan akuarium, aku mendekati meja resepsionis. Untung sepi suasana hotel ini. Jadi, sang resepsionis cepat melayani aku.
Setelah mendapatkan kamar, aku datangi istri kakak iparku yang masih berada disekitar akuarium.
“Kata pegawai sini, pemandangan di atas lebih bagus, Ceu,’kataku,”Kita ke atas saja, yuk.”
“Sudah izin sama yang punya gedung?”tanyanya dengan nada khawatir.
Mengangguk aku.”Ayo, mumpung masih hujan di luar.”
Istri kakak iparku terlihat bimbang. Maka, kugendong Si Neng dan berjalan menuju tangga untuk naik ke lantai atas. Di belakangku, istri kakak iparku mengikutiku.
Seorang bell boy yang sedari tadi berdiri di dekat tangga menghalangi langkah kami. Dengan sopan dia menawarkan bantuan untuk mengantarkan kami menuju kamar yang di pesan. Kuserahkan kunci kamar kepadanya dan bell boy tadi mempersilahkan kami mengikutinya.
Sebelum menaiki tangga, si Neng yang aku gendong berontak meminta turun. Maka aku turunkan dia. Dengan berpegangan pada tanganku dan tangan Mimihnya, si Neng menaiki tangga. Berbarengan kami melangkah untuk menyusul bell boy yang telah berada lima anak tangga di atas kami menuju lantai dua.
Lantai atas hotel sepi dan temaram. Hanya kamar-kamarnya saja yang berjejer memanjang.
“Ini hotel, ya, Amir?”Rupanya istri kakak iparku baru menyadari dimana kami berada.
Kutatap dia dan mengangguk. Si Neng melepaskan tangan-tangan kami dan berlari menelusuri selasar hotel. Kutahan istri kakak iparku yang hendak mengejar anaknya. Aku rangkul pundaknya dan berbarengan kami meneruskan langkah mendekati bell boy yang sudah berdiri didepan pintu kamar.
Begitu tiba didekat bell boy, istri kakak iparku mengambil si Neng yang sudah dipegangi oleh bell boy. Kemudian bell boy, dengan sopan, membuka pintu kamar. Dia masuk ke dalam kamar dan menyalakan lampu. Aku masuk ke dalam kamar dan kemudian istri kakak iparku menyusul masuk bersama anaknya.
Diam aku, menonton bell boy yang menghidupkan kipas angin yang ada di dalam kamar. Setelah itu, bell boy pun membuka pintu kamar mandi dan masuk dia ke dalamnya. Terdengar air mengucur. Sepertinya dia sedang mengisi bak mandi.
Si Neng, dengan berisik, meminta untuk naik ke tempat tidur. Mimihnya pun mengangkatnya naik dan si Neng dengan gembira berguling-gulingan di kasur yang besar dan bersih. Karena bell boy tidak juga keluar dari kamar mandi, aku mendekati istri kakak iparku yang duduk di sisi pinggir tempat tidur, memperhatikan anaknya yang bermain di atas tempat tidur. Aku elus rambutnya, mendongak dia melihat aku. Sekilas kami saling pandang untuk kemudian mataku beralih ke pintu kamar mandi.
Karena tidak ada tanda-tanda bell boy akan keluar dari kamar mandi, maka aku merunduk, mendekatkan wajahku ke wajahnya. Dia buang wajahnya saat menyadari aku hendak mengambil bibirnya, tapi aku jambak rambutnya dan menariknya agar wajahnya menghadap ke arahku. Kuhampiri bibirnya, tapi,”Ada orang, Amir.”
Telapak tangan istri kakak iparku menempel di wajahku dan didorongnya wajahku menjauh. Kucoba kembali meraih bibirnya, tapi terhalang telapak tangannya.”Amir! Malu dilihat orang.”
Aku undurkan wajahku ke belakang. Karena mulutnya masih tertutupi telapak tangannya, maka aku tarik telapak tangannya dan dengan cepat aku ambil bibirnya. Hangat bibirnya meskipun bibir itu tidak membalasnya. Istri kakak iparku coba melepaskan ciumanku di bibirnya, tapi kepalanya aku pegang erat-erat dan bibirku mulai melumat bibirnya. Saat tangannya berusaha mendorong kepalaku, aku pegang tangannya dan menjauhkannya dari wajahku dan tetap bibirku melumat bibirnya.
Dan, akhirnya, bibir itu mulai merespon lumatan bibirku meskipun pelan dan ragu-ragu. Kusambut kulumannya di bibirku dengan meletakkan tangan di pahanya. Istri kakak iparku membiarkan tanganku yang mengelus pahanya, membiarkan jemari tanganku masuk ke dalam rok untuk menyentuh celana dalamnya, dan bibirnya kian hangat membalas kulumanku.
“E-hem!”Terdengar suara dari dalam kamar mandi.
Serentak bibir-bibir kami terlepas. Cepat aku berdiri dari dudukku, sementara istri kakak iparku menegakkan badannya dan merapikan roknya yang terbuka. Tak lama kemudian kucuran air dari dalam kamar mandi tidak terdengar lagi dan bell boy keluar dari kamar mandi. Dia mendekati kami.
“Kuncinya saya letakkan di sini, ya, Om.”Tanpa melihat ke arah kami, bell boy menaruh kunci kamar di meja kecil yang ada disamping tempat tidur. Lalu, dia berjalan menuju pintu keluar dan terdengar pintu di tutup.
“Dia lihat tidak, ya?”tanya istri kakak iparku.
Aku hanya mengangkat bahu. Tidak peduli dengan pertanyaannya. Kemudian, sembari mengelus rambutnya, dibelakangnya aku duduk dan aku peluk dia. Aku cium rambutnya.
“Baju Neng basah,”ucap istri kakak iparku,”Nanti sakit kalau tidak cepat di ganti.”
Kulepaskan pelukanku. Segera istri kakak iparku menangkap tangan anaknya. Meskipun si Neng meronta-ronta, dengan paksa istri kakak iparku mulai menelanjanginya.
“Baju Eceu juga basah,”ucapku sambil merabai pakaiannya yang lembab dibeberapa tempat.
“Iya.”Istri kakak iparku bangkit dari duduknya. Berjalan dia menuju meja dan menjemur pakaian anaknya di sana.
“Eceu tidak ganti pakaian? Atau perlu aku yang membukanya?”
“Tidak usah,”ucapnya cepat.”Terima kasih.”
“Ajak mandi saja si Neng, Ceu. Sekalian saja Eceu juga mandi,”usulku.”Dingin sedikit tidak apa-apa.”
“Ini baru mau mandi.”Istri kakak iparku kembali mendekati tempat tidur untuk menjemput anaknya. Berdua mereka menghilang, masuk ke kamar mandi.
“Pintunya dibuka, Ceu!”teriakku ketika terdengar air mengucur dari dalam kamar mandi.”Aku mau lihat Eceu mandi.”
Pintu yang tadi ditutup oleh istri kakak iparku, kini membuka. Dapat aku lihat kedua perempuan itu telanjang. Dapat aku lihat istri kakak iparku yang membasahi dirinya.
Lalu aku berjalan mendekati kamar mandi. Berdiri diambang pintu, menatap tubuh putih mulus istri kakak iparku yang mengkilap oleh air. Alangkah indahnya buah dadanya yang ranum menggantung itu, menariknya lekukan pantatnya yang bahenol itu. Beruntung sekali aku dapat menikmati semua keindahan itu.
Spontan istri kakak iparku menutupi buah dadanya, juga selangkangannya dia tutup, ketika melihat tatapan liarku. Tersipu dia tersenyum, membuang mukanya.
“Mandinya jangan lama, Ceu. Dingin,”ucapku kemudian.
Istri kakak iparku membelakangiku. Dengan handuk di tangan, dia berjongkok untuk kemudian menghanduki anaknya. Setelah menghanduki anaknya, dengan tetap membelakangi aku, istri kakak iparku berdiri untuk mengeringkan tubuhnya.
Dengan berlilitkan handuk di tubuh telanjangnya dan sambil menggendong anaknya, istri kakak iparku mendorong aku yang menghalangi langkahnya keluar kamar mandi. Aku memiringkan tubuh, mempersilakan dia lewat.
Gantian aku yang masuk ke dalam kamar mandi. Hanya ada bak air kecil, closet duduk, dan gantungan baju. Sederhana tapi cukup luas untuk kami berdua jika nanti mandi bareng dan ber-ehm-ehm, pikirku mesum.
Hihihi… tertawa kecil aku melihat beha dan celana dalam istri kakak iparku yang bergantung di gantungan pakaian. Kuambil celana dalam itu. Ada alur bekas air di tengah celana dalam itu. Rupanya sejak tadi dia sudah konak. Aku cium celana dalam itu. Baunya membangkitkan birahiku.
Maka cepat-cepat aku telanjangi diri. Kontolku yang sudah menegang aku pegang. Mengocoknya sebentar, lalu cepat aku menyiramkan air ke tubuh kepala dan kepalaku. Merinding diri ini ketika angin berhembus melalui ventilasi kamar mandi. Tanpa bersabun lagi, aku ambil handuk dan mengeringkan diri agar dapat cepat menikmati lubang kenikmatan sang kekasih.
Setelah menutup pinggang dengan handuk, aku keluar dari kamar mandi. Di atas tempat tidur, aku lihat istri kakak iparku dengan masih berlilitkan handuk sedang berbaring menidurkan anaknya dan aku mendekat. Tahu aku mendekatinya, dia menatap aku.”Dalaman saya tertinggal di kamar mandi, Amir.”
“Iya,”jawabku,”sengaja tidak aku bawa, biar Eceu tidak pakai kolor.”
Manyun bibirnya mendengar jawabanku. Terus bangun dia dari baringnya, duduk, dan merapikan lilitan handuknya. Sayangnya aku tidak dapat melihat isi dibalik handuk itu seperti dulu dia pernah lakukan di teras belakang rumahnya.
Ketika dia turun dari tempat tidur, aku bertanya padanya,”Mau kemana?”
“Ke kamar mandi. Ambil kolor.”
“Tunggu!”tahanku.
Berdiri dia didepanku. Memandangku heran.
“Eceu duduk lagi,”perintahku.
Tetap memandang heran dia, tapi dia ikuti perintahku. Duduk istri kakak iparku dipinggir tempat tidur.
“Eceu lihat ke arahku,”perintahku lagi.”Matanya tetap fokus ke aku.”
Mengangguk dia. Menatap aku.
Handuk yang melilit pinggangku pun aku lepaskan. Seketika pecah tawa istri kakak iparku melihat aku yang telanjang. Dengan telapak tangannya, dia tutup mulutnya agar tawanya tidak terdengar sampai keluar kamar hotel.
Ditengah tawanya, selangkanganku yang tanpa penutup itu, aku maju mundurkan membuat makin keras usaha istri kakak iparku untuk menahan tawanya. Satu tangannya mendekap mulutnya, sementara tangan satunya lagi memegangi perutnya.
Dengan tetap memajumundurkan kontolku yang mengacung perkasa, bak koboi diatas kudanya, sambil memutar-mutar tinggi handuk yang aku pegang, aku berkeliling kamar.
“Sini, Amir, sini.”Sambil menahan tawanya, istri kakak iparku memanggilku.
Cepat aku mendekati dia. Setiba didepannya, dengan bertolak pinggang, aku berdiri. Sengaja kontolku yang panjang mengacung aku arahkan kepadanya. Sambil tetap menutupkan telapak tangan di mulutnya, istri kakak iparku menyentuh kepala kontolku yang membuat batang kontol spontan terlonjak dan tawanya kembali berderai.
Kembali istri kakak iparku mengulangi menyentuh kepala kontolku dan kembali pula batang kontolku terlonjak naik. Tapi, sungguh aku menikmati sentuhannya. Sentuhannya di kepala kontolku membuat birahi ini menggejolak, membuat kontolku berdenyut-denyut.
“Kapan Amir menyukur bulunya?”Sambil menggenggam dan meremas batang kontolku, dia bertanya.
“Tadi pagi, sebelum berangkat kemari,”jawabku.”Aku mau buat kejutan untuk Eceu.”
“Kejutan apa?”Jari-jari mungil itu mengelus pangkal kontolku yang bersih dari bulu-bulu hitam keriting.
“Selama ini ‘kan cuma Eceu saja yang mencukur bulu jembutnya.”Aku elus pipinya,”Nah, sekarang aku juga coba mencukur bulu jembutnya. Terkejutkan melihatnya?”
“Tidak terkejut, Amir,”jawabnya sambil mengocok batang kontolku,”Geli…”
“Geli kenapa?”Dagunya aku angkat meninggi agar dapat bertatapan.
“Saya biasa melihat burung Amir penuh bulu, tapi kini kok kelimis.”Jemarinya memainkan buah zakarku,”jadi geli saja melihatnya.”
Manakala jari-jarinya menarik garis lurus dari pangkal kontol menuju kepala kontol, mata ini aku pejamkan untuk merasakan sensasi sentuhannya. Merinding tubuh ini ketika jari-jari itu mengitari kepala kontolku. Kembali jari-jari itu turun ke bawah, kembali menelusuri batang kontolku hingga menyentuh dua bola milikku yang menggantung itu dan kembali dia mengulanginya dan kembali aku menggelinjang geli manakala ujung bawah kepala kontolku di sentuhnya. Diulang-ulangnya karena ia pasti faham kalau aku suka diperlakukan begitu.
“Dikulum, Ceu.”
Dia sambut tantanganku. Digenggamnya kontolku erat-erat. Kepalanya mendekat dan dikecupnya ujung kontolku dan,”Asin.”
Aku sosorkan kontolku hingga menempel di bibirnya. Dia buka mulutnya dan aku benamkan kontolku masuk. Hangat sekali mulutnya. Ingin berlama-lama aku taruh kontolku di sana, tapi itu tidak mungkin karena istri kakak iparku mulai memajumundurkan kepalanya. Maka kucekal rambutnya dan kuimbangi gerakannya. Kontolku maju mundur di dalam mulut hangatnya.
Istri kakak iparku mengeluarkan kontolku dari mulutnya. Lidahnya menjilati kepala kontolku. Enak tapi geli, membuat nafasku tertahan. Kembali kontolku dia kulum. Kali ini lebih cepat dan liar dengan jari-jarinya mengocok batang kontolku.
Aku tarik lepas handuknya dan jemari tanganku meraih buah dadanya, mengelus puting susunya yang menyebabkan tubuhnya bergetar dan semakin semangat dia mengoral kontolku.
“Ah…”lenguhan panjang keluar karena kepala kontolku dia keluarkan dari mulutnya.
Bak es krim, lidahnya menjilat-jilat semua sisi kepala kontolku sehingga bulu-bulu di sekujur tubuh berdiri. Kehangatan kembali aku rasa ketika kontolku dimasukkannya kembali ke dalam mulutnya dan mulai disedot-sedotnya. Sekujur tubuh aku merinding jadinya begitu mulutnya maju mundur menelan kontolku.
Ketika kontolku yang berada dalam mulut itu mulai berdenyut-denyut, maka kutahan laju mulutnya dan aku tarik kontolku lepas dari kulumannya. Selangkah aku mundur. Kugenggam kontolku dan aku mulai meremas-remasnya. Ketika kurasa sperma sebentar lagi akan muncrat, cepat-cepat aku sodorkan kembali kontolku ke mulutnya. Secepat itu pula istri kakak iparku menelan kontolku. Aku jambak rambutnya dan kembali, di dalam mulutnya, aku maju mundurkan kontolku. Karena beberapa kali dia tersedak karena tusukan kontolku, jari-jari istri kakak iparku berpegangan di pantatku. Bergetar tubuhku dan mendesah aku ketika denyutan kontolku menguat dan cairan itu mengalir di batang kontolku, hingga akhirnya sperma pun muncrat di dalam mulut istri kakak iparku.
Refleks istri kakak iparku memundurkan wajahnya, sehingga kontolku terlepas dari mulutnya. Sambil mengelap mulutnya dari luberan sperma, terbatuk-batuk dia karena tersedak oleh semprotan sperma sementara aku memerah kontolku agar sperma habis keluar.
Setelah sperma tidak lagi keluar, aku duduk di tepi tempat tidur, duduk disampingnya.
“Amir jahat,”ucapnya kemudian.
Tidak kutanggapi ucapannya. Aku malah mengusap bibirnya untuk menghilangkan sisa-sisa sperma. Kuberi dia satu senyuman dan aku elus pipinya. Lalu, kupuji dia.”Hebat. Eceu sudah pintar sekarang.”
“Tapi, mani Amir tertelan,”rajuknya.
“Tidak apa-apa, Ceu. Itu sehat. Banyak vitaminnya.”Aku usap ceceran sperma di lehernya.
“Kalau mani anak muda sih oke-oke saja, banyak vitaminnya, tapi ini mani orang tua, Amir.”
“Biar tua, tapi masih tokcer rudalnya, Ceu,”ucapku,”kalau tidak percaya, kita main lagi, yuk.”
Mengabaikan aku, istri kakak iparku berdiri dan berjalan menuju meja kecil yang ada didekat tempat tidur. Ketika dia mengambil gelas dan menuangkan air dari teko, aku merebahkan diri di ranjang. Aku butuh istirahat untuk memulihkan tenaga agar dapat kembali bergulat dengan istri kakak iparku. Maka kupejamkan mata sambil menunggu kontolku dapat kembali berdiri.
NEXT PARTTTTTTTTT !!