Dia meneguk l*ur memandangi tubuh tel*nj*ng ku yang mulus, d*d* yang besar dengan pent*l yang dah mengeras dan j*mbiku yang lebat menutupi me*iku dibawah sana. Kemudian dia menc*um serta meng*lum bib*rku. Aku balas memeluknya.
Bib*rku digigitnya pelan pelan, bib*rnya turun terus menc*umi seluruh lekuk tubuhku mulai dari leher terus kebawah kepent*lku, dik*lumnya pent*lku yang sudah mengeras, aku mer*ntih r*ntih karena n*kmat. Aku menekan kepalanya ke d*d*ku sehingga wajahnya terbenam di d*d*ku.
Dia terus menjelajahi tubuhku, dij*latinya pelan dari bagian bawah d*d*ku sampe ke p*ser. Aku makin mend*sis2, apalagi ketika j*latannya sampe ke m*qiku yang berj*mbi tebal. Dia menj*lati j*mbiku dulu sampe j*mbiku menjadi basah kuyup,
Pelan pelan j*latannya mulai menyusuri bib*r m*qiku terus ke klitku. Ketika lid*hnya menyentuh klitku, aku terlonjak kegelian. Dia menahan kakiku dan pelan2 dikuakkannya pah*ku sehingga kepalanya tepat berada diantara pah*ku.
Lidahnya menyusupi m*qiku dan menj*lati klitku yang makin membengkak. m*qiku berl*ndir, dia menj*lati l*ndir yang keluar. Aku gak tahan lagi, aku mengejan dengan suara serak, tanganku mencengkeram seprei dan kakiku menjepit kepalanya yang ada disel*ngk*nganku.
Aku nyampe. “Mas, n*kmat banget deh, padahal belum di*njot ya”, kataku mendes*h.
Dia diam saja, dan berbaring telentang.
“Kamu diatas ya Cin, biar masuknya dalem”, ajaknya.
Aku mulai mengambil posisi berjongkok tepat diantara b*tangnya yang sudah teg*ng berat.
“Aku masukkin b*tangku ke m*qi kamu ya Cin”, katanya sambil mengarahkan b*tangnya menyentuh bib*r m*qiku.
Dia tidak masuk menekankan b*tangnya masuk ke m*qiku tapi digesek2kan di bib*r m*qiku yang berl*ndir sehingga kepalanya yang besar itu basah dan mengkilap.
Aku terbuai, dengan mata terpejam aku mendes*h2 saking naps*nya, “mas, masukin dong.” aku mulai menekan kepala b*tangnya yang sudah pas berada di mulut m*qiku. Pelan2 b*tangnya menyusup kedalam m*qiku,
“Akh mas, gede banget”, er*ngku.
“Apanya yang besar Cin”, dia memancing reaksiku.
“Punyanya maass..!!”
“..Apa namanya..?” dia memancing lagi,
Aku langsung aja menjawab, “b*tang mas, besar sekali”.
Dengan sekali hentakan keatas b*tangnya menyeruak masuk m*qiku.
“Ooh mas, pelan2 mas”, aku mendes*h lirih.
Mataku terbeliak, mulutku terbuka, tanganku mencengkeranm seprei kuat2. Bibir m*qiku sampe terkuak lebar seakan tidak muat untuk menelan b*tang besarnya. “m*qi kamu sempit sekali Cin”, jawabnya. aku mulai berirama menaik turunkan pant*tku, b*tangnya masuk merojok m*qiku tahap demi tahap sehingga akhirnya ambles semuanya.
Pelan2 dia ikut bergoyang menarik ulur b*tang besarnya. Aku mulai merasa sens*si yang luar biasa n*kmatnya. m*qiku yang sudah licin terasa penuh sesak kemasukan b*tangnya yang besar, b*tangnya terasa banget menggesek m*qiku yang sudah basah berl*ndir itu.
“Mas, enak banget mas, terus mas”, erangku.
“Terus diapain Sin”, jawabnya menggoda aku lagi.
“Terus enj*tin m*qi Cindy mas”, jawabku to the point. “enj*tin pake b*tang gede mas”.
Enj*tannya dari bawah makin menggebu sehingga aku makin mengg*liat2. AKu memeluknya dan menc*um bib*rnya dengan garesif, dia menyambut c*umanku. Nafasku memburu kencang, lid*hku saling mengait dengan lid*hnya, saling meny*dot. Kemudian dia menggulingkan aku sehingga aku dibawah, dia mulai mengenj*tkan b*tangnya keluar masuk dengan cepat.
Aku meng*ngk*ngkan pah*ku lebar2, supaya dia lebih mudah menyodokan b*tangnya keluar masuk. Keluar masuknya b*tangnya sampe menimbulkan suara berdecak2 yang seirama dengan keluar masuknya b*tangnya, karena basahnya m*qiku.
“Mas, enak sekali b*tangmu mas, enj*tin m*qi Cindy yang cepet mas, n*kmat banget”, des*hku.
“Ooh m*qi kamu sempit banget Cin, terasa banget sed*tannya. Nikmat banget deh”, jawabnya sambil terus mengenj*tkan b*tangnya keluar masuk m*qiku.
Enjotannya makin ganas, pent*lku diem*t2nya. Aku mengge*linjang ken*kmatan, d*d* kubusungkan dan kugerak2kan kekiri kekanan supaya 2 pent*lku mendapat giliran diem*t,
“ssh, mas, n*kmat banget ngenj*t ama mas, pent*l sintia dik*nyot terus mas”, erangku lagi.
“Cindy bisa ketagihan dienj*t ama mas. Ooh mas, Cindy gak tahan lagi mas, mau nyampeee”.”.
Aku mengejang sambil memeluk tubuhnya erat2, sambil men*kmati ken*kmatan yang melanda tubuhku, luar biasa rasanya.
“Cin, aku masih pengen ngenj*tin m*qi kamu yang lama. Kamu bisa nyampe lagi berkali2”, katanya sambil terus mengenj*tkan b*tangnya. Dia minta ganti posisi, aku disuruhnya nungg*ng dan m*qiku dienj*t dari belakang, m*qiku terasa berdenyut menyambut masuknya b*tangnya.
Aku mem*tar2 pant*tku mengiringi enj*tan b*tangnya, kalo dia mengenj*tkan b*tangnya masuk aku menyambutnya dengan mendorong pant*tku dengan keras ke belakang sehingga b*tang besarnya masuk dalem sekali ke m*qiku.
“Ooh n*kmatnya mas, dienj*t dari belakang. Kerasa banget geseken b*tang mas di m*qi Cindy”.
Jarinya mengilik2 klitku sambil terus mengenj*tkan b*tangnya keluar masuk.
” Uuh mas, n*kmat banget mas, terus mainin klit Cindy mas sambil ngenj*t m*qi Cindy”, erangku saking n*kmatnya.
Jarinya terus menekan klitku sambil diputar2, aku mencengkeram seprei erat sekali.
Pant*t makin kutunggingkan keatas supaya enj*tannya makin terasa. Dia memegangi pinggangku sambil mengenj*tkan b*tangnya keluar masuk dengan cepat dan keras.
“Mas, n*kmat banget banget mas, Cindy udah gak tahan neh, mau nyampe lagiii”, aku menjadi histeris ketika nyampe untuk kedua kalinya, lebih n*kmat dari yang pertama.
Diapun mencabut b*tangnya dari m*qiku dan berbaring disebelahku.
“Mas. belum muncrat kok dicabut b*tangnya”, tanyaku. “Cindy masih mau kok mas dienj*t lagi, biar bisa nyampe lagi”.
Dia setengah bangun dan membelai rambutku,
“Kamu masih bisa nyampe lagi kok Cin”.
”Cindy mau kok dienj*t mas seharian, kan Cindy bisa nyampe terus2an, n*kmat banget deh mas”.
Istirahat sebentar, dia kembali menaiki aku lagi, secara perlahan tapi pasti dia pun memasukkan b*tangnya ke dalam m*qiku. Aku mendes*h dan mer*ntih, ketika dia mengenj*tkan b*tangnya sampe ambles semua aku kembali menjerit,
“Aaaaaaahhhh , Maaaassssssss ..”. b*tangnya dinaikturunkan dengan cepat, akupun mengimbanginya dengan gerakan pant*tku yang sebaliknya.
Bibirnya bermain di pent*lku, sesekali dia menc*umi ket*kku, bau keringatnya merangs*ng katanya. Aku memeluknya dan mengelus2 punggungnya sambil menjerit dan mendes*h karena n*kmat banget rasanya,
“Aah mas, n*kmatnya Terus mas, tekan yang keras, aah”.
Dia mer*mas2 d*d*ku dengan gemas menambah n*kmat buatku. Dia terus mengoc*k m*qiku dengan b*tangnya, aku menjadi makin histeris dan berteriak2 ken*kmatan. Tiba2 dia mencabut b*tangnya dari m*qiku, aku protes,
“Kok dicabut mas, Cindy belum nyampe mas, dimasukin lagi dong b*tangnya”.
Tapi dia segera menelungkup diatas m*qiku dan mulai menj*lati bagian dalam pah*ku, kemudian m*qiku dan terakhir klitku.
“Mas, diapa2in sama mas n*kmat ya mas, terus isep klit Cindy mas, aah”, erangku.
Dia mem*tar badannya dan menyodorkan b*tangnya ke mulutku.
B*tangnya kuj*lati dan kukeny*t2, dia mengerang tapi tidak melepaskan menj*lati m*qiku yang dipenuhi l*ndir itu. “Cin, aku dah mau muncrat neh”, katanya sambil mencabut b*tangnya dari mulutku dan segera dimasukkan kembali ke m*qiku.
Dia mulai mengenj*t m*qiku dengan cepat dan keras, aku rasanya juda sudah mau nyampe lagi, goy*ngan pant*tku menjadi makin li*r sambil mendes*h2 ken*kmatan. Akhirnya dia mengenj*tkan b*tangnya dalam2 di m*qiku dan terasa semburan m*ninya yang hangat didalam m*qiku, banyak sekali muncr*tnya, bersamaan dengan muncr*tnya akupun nyampe lagi. Aku memeluk tubuhnya erat2, demikian pula dia.
“Mas, n*kmat banget deh masss”, erangku. Aku terkulai lemes dan bermandikan keringat. Dia kemudian mencabut b*tangnya dan berbaring disebelahku. Aku meremes2 b*tangnya yang berlumuran m*ni dan sudah lemes. Hebatnya gak lama diremes2, b*tangnya mulai teg*ng lagi.
“Mas, Cindy dienj*t lagi dong, tuh b*tangnya sudah teg*ng lagi. Mas kuat banget seh, baru muncr*t udah teg*ng lagi”.
Dia diam saja, aku berinisiatif menaiki tubuhnya. Kusodorkan pent*lku ke mulutnya, segera pent*lku dikeny*t2nya, naps*ku mulai memuncak lagi. Aku menggeser ke depan sehingga m*qiku berada didepan mulutnya lagi.
“Mas, j*lat dong m*qi Cindy, klitnya juga ya mas”.
Dia mulai menj*lati m*qiku dan klitku dihis*pnya, kadang2 digig*tnya pelan,
“Aah, mas, diem*t aja mas, jangan dig*git”, des*hku menggelinjang.
Aku gak bisa menahan diri lagi. Segera m*qiku kuarahkan ke b*tangnya yang sudah teg*ng berat, kutekan sehingga b*tangnya kembali amblas di m*qiku. Aku mulai mengg*yang pant*tku turun naik, mengoc*k b*tangnya dengan m*qiku. Dia memlintir pent*lku, aku mendes*h2.
Karena aku diatas maka aku yang pegang kendali, bib*rnya kuc*um dan dia menyambutnya dengan penuh naps*. Pant*tku makin cepat kuturun naikkan. Tiba2 dia dengan gemas menggulingkan aku sehingga kembali dia yang diatas, dia segera mengenj*tkan b*tangnya keluar masuk m*qiku.
Aku mengangkangkan pah*ku lebar2, menyambut enj*tan b*tangnya, aku gak bisa nahan lebih lama lagi, tubuhku makin sering mengg*linjang dan m*qiku terasa berdeny*t2, “Maas, aah”. Akhirnya aku nyampe lagi, aku tergolek lemes, tapi dia masih saja menggenj*t m*qiku dengan cepat dan keras, aku mendes*h2 ken*kmatan.
Hebatnya, dia bisa membuat aku nyampe lagi sebelum akhirnya dengan satu enj*tan yang keras kembali dia muncr*tkan m*ni di m*qiku. Nikm*t nya.Dia menc*umku,
“Cin, n*kmat banget deh ngenj*t sama kamu”.
“iya mas, Cindy juga n*kmat banget, kalo ada kesempatan Cindy mau kok mas enj*t lagi”..
Setelah itu kami berdua tertidur hingga sore hari, setelah bangun kakak ipar ku kembali mengenj*tku lagi. Ntah berapa kali kami bers*tubuh dihari itu. Hari – hari setelah kami dua sering sekali berhubungan, kadang di rumah maupun dihotel tanpa sepengetahuan suamiku dan akhirnya saya hamil anak dari kakak ipar ku. Kami mem*tuskan untuk tidak berhubungan lagi setelah saya hamil dari kakak iparku. Suamiku tidak pernah tau kalau anak yang saya kandung bukanlah anaknya, itulah cerita dibalik kehamilanku.