P*ha itu sangat putih sekali. Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda. Sel*ngk*ngannya masih terbungkus cel*na dalam mini berbahan satin, sewarna dengan **nya. Sepertinya, itu adalah satu set ** dan **.
“Nih, aku u dah buka baju. Dah, kamu terusin lagi col*nya. Aku duduk ya.”
Firda segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya. Buru-buru aku cegah.
“Duduknya jangan gitu dong…”
“Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?”protes Firda. “N*ngging, gitu?”
“Ya kalo kamu mau n*ngging, bagus banget,”sahutku.
“Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya.
“Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat cel*na dalam sama sel*ngk*nganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?”usulku.
“Iya…iya…ni anak rewel banget ya. Mau col*i aja pake minta macem-macem,”Firda masih saja protes dengan permintaanku.
“Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil duduk dan membuka p*hanya lebar-lebar.
“Yak sip.” Sahutku. “Aku lanjut ya col*nya.”
Sambil memandangi tbuh Firda, aku terus mengoc*k t*ngkolku, tapi kulakukan dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejak*lasi. Sayang, kalau pemandangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Firda tidak menanggapi omonganku.
“Oh…Liiiinnn….kamu kok mulus banget siiiihhh….”aku terus menceracau. Firda menatapku dan tersenyum.
“Sus*mu montok bangeeeettttt… p*hamu sekel dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku ngac*ng, Liiiiiinnn……”
Firda terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali melirik ke arah t*ngkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lend*r dari ujung lobangnya.
“Pant*tmu, Liiiinnn….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena t*ngkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,”aku mer*ntih dan menceracau memuji keindahan tubuhnya. Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya ter*ngs*ng.
Firda masih tetap diam, dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah cel*na dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Firda juga mulai ternagsang dengan aktivitasku.
Karena cel*na dalamnya berbahan satin dan tipis, jelas sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya pun mulai gelisah. Tangannya mulai mer*ba d*danya, dan tangan yang satunya turun mer*ba p*ha dan sel*ngk*ngannya. Tapi Firda nampak ragu untuk melakukannya. Mungkin karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain.
Kupejamkan mataku, agar Firda tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasku. Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku, kulihat tangan kiri Firda mer*mas pay*daranya dan owww…** sebelah kiri ternyata sudah diturunkan.
Astagaaa..!!! p****g itu merah sekali…tegak meng*cung. Meski sudah melahirkan, dan memiliki satu anak, kuakui, p******a Firda lebih bagus dan kencang dibandingkan Vanes. Kulihat tangan kiri Firda memilin-milin put*ngnya, dan tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam cel*na dalamnya.
“Sssshh….oofff….hhhhhh…..:” Kudengar suara nya mendesis seolah menahan kenikmatan. Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan koc*kan pada t*ngkolku sambil menikmati rintihan-rintihan Firda.
Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa t*ngkol dan tanganku.
Aku membuka mata dan terpekik. “Lin…kamu…,”leherku tercekat.
“Aku nggak tega liat kamu menderita, Ndrew,”sahut Firda sambil membelai t*ngkolku dengan tangannya yang lembut.
My gosh…perlahan impin dan obs*siku menjadi kenyataan. t*ngkolku dibelai dan dik*cok dengan tangan Firda yang putih mulus.
Aku mendesis dan membelai rambut Firda. Kemudian secara spontan Firda menj*lat t*ngkolku yang sudah bener-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya t*ngkolku masuk ke mulutnya. Ya, t*ngkolku dih*sap Firda. Sedikit lagi pasti aku memperoleh lebih dari sekedar cunil*ngis.
Tak tahan dengan perlakuan sepihak Firda, kutarik pinggulnya dan buru-buru kulepaskan **nya.
“Kamu mau ngapain, Ndrew?” Firda protes sambil menghentikan his*pannya.
Aku tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas p****t putih nan montok, yang selama ini hanya menjadi khayalanku.
“Ohh..Lin…boleh ya aku megang p****t sama memiaw kamu?”pintaku.
“Terserah…yang penting kamu puas.”
Segera kur*mas-r*mas p****t Firda yang montok. Ah, obs*siku tercapai…dulu aku hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh Firda terpampang dihadapanku. Puas dengan pant*tnya, kuarahkan jariku turun ke a**s dan v*ginanya. Firda merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.
“Achh…Liiiinn…enak bangeeeeett….sssshhh…….”aku menceracau menikmati jil*tan lidah dan hangatnya mulut Firda saat meng*nyot t*ngkolku. Betul-betul mengga*rahkan melihat bibir dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan bat*ng kelel*kianku. Hingga akhirnya….
“fir….bibir kamu lembut banget sayaaaannggg.
“Keluarin sayang…t*ngkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat yaaa….”
“I…iiy…iiyyaaa….fir….Ouuuuufuffffff….. argggghhhhhhhhhh…..”
Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt…
Sp*rmaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan d**a Firda. Tangan halus Firda tak berhenti mengoc*k bat*ng kej*ntananku, seolah ingin melahap habis cairan yang kumuntahkan
Ohhhh…….my dream come true….. Obs*siku tercapai…pagi ini aku muncratin pej*hku di bibir dan muka Firda.
“Lin…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka sama d**a kamu kena sp*rmaku?”
Firda menggeleng dengan pandangan sayu. Tangannya masih tetap memainkan t*ngkolku yang sedikit melemas.
“Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang selain suami kamu?”
“Iya, Ndrew. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau s****a kamu seger banget…kamu rajin maka buah sama sayur ya?” tanya firda.
“Iya…kalo gak gitu, Indahmana mau nelen s****a aku.”
“Aihhh….” Firda terpekik. “Indah mau nelen s****a?”
Aku mengangguk. “Keapa Fir? Penasaran sama rasanya? Lha itu spr*maku masih meleleh di muka sama d**a kamu. Coba aja rasanya,”sahutku.
“Mmmm…ccppp…ssllrppp….” terdengar lidah dan bibir Firda mengecap sp*rmaku. Dengan jarinya yang lentik, disapunya sp*rmaku yang tumpah didada dan mukanya, kemudian dij*latnya jarinya smape bersih.Hmmm….akhirnya sp*rmaku masuk kedalam tubuhnya.
“Iya, Ndrew, s****a kamu kok enak ya. Aku gak ngerasa enek pas nelen s****a kamu…”
“Mau lagi….?”
“Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Ndrew?”
“Lha kan baru or*l belum masuk ke meq* kamu, Fir.” Sahutku…”Tuh, liat…bangun lagi kan?”
“Dasar kamu ya….”
“Bener kamu gak mau sp*rmaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih dulu.”ancamku sambil bangkit dari kursi.
“Mau sih…Cuma takut kalo Indah dateng…gimana donk….”Firda merajuk.
Perlahan kuhampiri Firda, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakiya diangkat meng*ngkang.
Kulihat meq*nya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan jariku.
“Hmmm…Lin…meq* kamu masih basah…kamu masih h***y dong…”tanyaku.
“Udah, Ndrew….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku udah…Auuuwwww….!!!! Ohhh..Shhhhh…….” firda memiawik saat lidahku menari diujung klit*risnya.
“Ndrewwww…kamu g*laaa yaaa…”bisiknya samil menjambak rambutku.
Kumainkan lidahku dikel*nt*tnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir v****a Firda yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari G-sp*tnya.
Akibatnya luar biasa. Firda makin meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan b*r*hinya makin membasahi lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan. Kus*dot kuat agar aku dapat menelan cairan yang meleleh dari v*ginanya.
Ya…aroma v****a Firda lain dengan aroma v****a istriku. Meskipun keduanya tidak berbau amis, tapi ada s*nsasi tersendiri saat kuhirup aroma kewan*taan Firda.
“C’mon..Ndrew…I can’t stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c’mon honey….quick…quick….”
Aku paham, gerakan pantt Firda makin l*ar. Makin kencang. Kurasakan pula meq*nya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku. dan akhirnya Crottt…..crooottt….crooootttt… AAaaaaahhhhhhh Firda berteriak dengan keras sampai terkulai lemas di sofa.