“Cinta Terlarang dengan Istri Temanku”

Sampai akhirnya saya menatapnya dengan tajam sekali secara bergantian menj*lati kem*luannya, yang membuat jantungku berdebar, tongkatku mulai teg*ng dan membesar, sekujur tubuhku gemetar dan berkeringat, lalu sedikit demi sedikit aku menoleh ke arah wanita disampingku yakni istri teman lamaku.

Secara bersamaan iapun sempat menoleh ke arahku sambil tersenyum lalu mengalihkan pandangannya ke layar. Tentu aku tidak mampu lagi membendung b*r*hiku sebagai pria normal, namun aku tetap takut dan malu mengutarakan isi hatiku.
“Mas, pak, suka nggak filmnya? Kalau nggak suka, biar kumatikan saja,” tanyanya seolah memancingku ketika aku asyik menikmatinya.

“Iiyah, bolehlah, suka juga, kalau adik, memang sering nonton film gituan yah?” jawabku sedikit malu tapi mau dan suka sekali.
“Saya dari dulu sejak awal perkawinan kami, memang selalu putar film seperti itu, karena kami sama-sama menyukainya, lagi pula bisa menambah ga*rah se* kami dikala sulit memunculkannya, bahkan dapat menambah pengalaman berh*bungan, syukur-syukur jika sebagian bisa dipraktekkan.

“Sungguh kami ketinggalan. Saya kurang pengalaman dalam hal itu, bahkan baru kali ini saya betul-betul bisa menyaksikan dengan tenang dan jelas film seperti itu. Apalagi istriku tidak suka nonton dan praktekkan macam-macam seperti di film itu,” keteranganku terus terang.

“Tapi kakak suka nonton dan permainan seperti itu khan?” tanyanya lagi.
“Suka sekali dan kelihatannya n*kmat sekali yach,” kataku secara tegas.
“Jika istri kakak tidak suka dan tidak mau melakukan permainan seperti itu, bagaimana kalau aku tawarkan kerjasama untuk memperaktekkan hal seperti itu?” tanya istri teman lamaku secara tegas dan berani padaku sambil ia mendempetkan tubuhnya di tubuhku sehingga bisikannya terasa hangat nafasnya dipipiku.

Tanpa sempat lagi aku berfikir panjang, lalu aku mencoba merangkulnya sambil menganggukkan kepala pertanda setuju. Wanita itupun membalas pelukanku. Bahkan ia duluan menc*um pipi dan bib*rku, lalu ia masukkan lid*hnya ke dalam mulutku sambil digerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan, akupun membalasnya dengan lahap sekali.

Aku memulai memasukkan tangan ke dalam bajunya mencari kedua pay*daranya karena aku sama sekali sudah tidak mampu lagi menahan b*r*hiku, lagi pula kedua benda keny*l itu saya sudah hafal tempatnya dan sudah sering memegangnya. Tapi kali ini, rasanya lain daripada yang lain, sedikit lebih mulus dan lebih keras dibanding milik istriku.

Entah siapa yang membuka baju yang dikenakannya, tiba-tiba terbuka dengan lebar sehingga nampak kedua benda k*nyal itu tergantung dengan menantang. Akupun memperaktekkan apa yang barusan kulihat dalam layar tadi yakni menj*lat dan meng*sap put*ngnya berkali-kali seolah aku mau mengeluarkan air dari dalamnya.

Kadang kugig*t sedikit dan kukunyah, namun wanita itu sedikit mendorong kepalaku sebagai tanda adanya rasa sakit.
Selama hidupku, baru kali ini aku melihat pemandangan yang indah sekali di antara kedua p*ha wanita itu. Karena tanpa kesulitan aku membuka sarung yang dikenakannya, langsung saja jatuh sendiri dan sesuai dugaanku semula ternyata memang tidak ada pelapis kem*luannya sama sekali sehingga aku sempat menatap sejenak kebersihan v*gina wanita itu.

Putih, mulus dan tanpa selembar bulupun tumbuh di atas gundukan itu membuat aku terpesona melihat dan mer*banya, apalagi setelah aku memberanikan diri membuka kedua bib*rnya dengan kedua tanganku, nampak benda kecil menonjol di antara kedua bib*rnya dengan warna agak kemerahan.

Ingin rasanya aku telan dan makan sekalian, untung bukan makanan, tapi sempat saya lahap dengan lid*hku hingga sedalam-dalamnya sehingga wanita itu sedikit menjerit dan terengah-engah menahan rasa nikm*tnya l*dah saya, apalagi setelah aku menekannya dalam-dalam.

“Kak, aku buka saja semua paka*annya yah, biar aku lebih leluasa menikm*ti seluruh tubuhmu,” pintanya sambil membuka satu persatu paka*an yang kukenakan hingga aku tel*njang bulat. Bahkan ia nampaknya lebih tidak tahan lagi berlama-lama memandangnya.

Ia langsung serobot saja dan menj*lati sekujur tubuhku, namun j*latannya lebih lama pada b*ji pel*rku, sehingga pinggulku bergerak-gerak dibuatnya sebagai tanda kegelian. Lalu disusul dengan memasukkan p*nisku ke mulutnya dan menggoc*knya dengan cepat dan berulang-ulang, sampai-sampai terasa sp*rmaku mau muncrat.

Untung saya tarik keluar cepat, lalu membaringkan ke atas tempat tidurnya dengan kaki tetap menjulang ke lantai biar aku lebih mudah melihat, dan menjam*hnya. Setelah ia terkulai lemas di atas tempat tidur, akupun mengangk*nginya sambil berdiri di depan gundukkan itu dan perlahan aku masukkan ujung p*nisku ke dalam v*ginanya

Lalu menggerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan maju dan mundur, akhirnya dapat masuk tanpa terlalu kesulitan.
“Dik, model yang bagaimana kita terapkan sekarang? Apa kita ikuti semua posisi yang ada di layar TV tadi,” tanyaku berbisik.

“Terserah kak, aku serahkan sepenuhnya tub*hku ini pada kakak, mana yang kakak anggap lebih n*kmat dan lebih berkesan sepanjang hayat serta lebih memu*skan kakak,” katanya pasrah.
Akupun meneruskan posisi tidur tel*ntang tadi sambil aku berdiri menggoc*k terus, sehingga menimbulkan bunyi yang agak menambah ga*rah s*xku.

“Ahh.. Uhh.. Ssstt.. Hmm.. Teeruus kak, enak sekali, koc*k terus kakak, aku sangat men*kmatinya,” demikian pintanya sambil terengah dan berd*sis seperti bunyi jangkrik di dalam kamarnya itu.
“Dik, gimana kalau saya berbaring dan adik mengangk*ngiku, biar adik lebih leluasa g*yangannya,” pintaku padanya.

“Aku ini sudah hampir memuncak dan sudah mulai lemas, tapi kalau itu permintaan kakak, bolehlah, aku masih bisa bertahan beberapa menit lagi,” jawabnya seolah ingin memu*skanku malam itu. Tanpa kami rasakan dan pikirkan lagi suaminya kembali malam itu, apalagi setelah jam menunjukkan pukul 9.30 malam itu, aku terus berusaha menumpahkan segalanya dan betul-betul ingin men*kmati pengalaman bersejarah ini bersama dengan istri teman lamaku itu.

Namun sayangnya, karena keasyikan dan keseriusan kami dalam bers*tubuh malam itu, sehingga baru sekitar 3 menit berjalan dengan posisi saya di bawah dan dia di atas memompa serta mengg*yang kiri kanan pinggulnya, akhirnya sp*rmakupun tumpah dalam rah*mnya dan diapun kurasakan bergetar seluruh tubuhnya pertanda juga memuncak ga*rah s*xnya.

Setelah sama-sama puas, kami saling berc*uman, berangkulan, berj*latan tubuh dan tidur terl*ntang hingga pagi. Setelah kami terbangun hampir bersamaan di pagi hari, saya langsung lompat dari tempat tidur, tiba-tiba muncul rasa takut yang mengecam dan pikiranku sangat kalut tidak tahu apa yang harus saya perbuat.

Saya menyesal tapi ada keinginan untuk mengulanginya bersama dengan wanita itu. Untung malam itu suaminya tidak kembali dan kamipun berusaha masuk kamar mandi membersihkan diri. Walaupun terasa ada ga*rah baru lagi ingin mengulangi di dalam kamar mandi,

Namun rasa takutku lebih mengalahkan ga*rahku sehingga aku mengurungkan niatku itu dan langsung pamit dan sama-sama berjanji akan mengulanginya jika ada kesempatan. Saya keluar dari rumah tanpa ada orang lain yang melihatku sehingga saya yakin tidak ada yang mencurigaiku.