π™π™–π™π™–π™¨π™žπ™– π™π™šπ™§π™‘π™–π™§π™–π™£π™œ: 𝙃π™ͺ𝙗π™ͺπ™£π™œπ™–π™£ π™‚π™šπ™‘π™–π™₯ π™™π™šπ™£π™œπ™–π™£ π™„π™¨π™©π™§π™ž π™π™šπ™’π™–π™£π™ π™ͺ

Dengan sedikit ragu, aku mulai memberanikan diri untuk meremas bagian pinggir-pinggir toket Shanti dari belakang. Shanti terlihat agak kaget melihat kenekatanku, tapi dia diam saja. Malah sedikit-sedikit Shanti membiarkan jari-jariku nyelusup makin meremas toketnya itu.

β€œGeli Jee,,,” Shanti agak mengerang.
β€œSorry ya Shan, aku bener-bener nggak tahan pengen megangin tetek kamu,” kataku aga gemetar.
β€œNggak apa-apa kan Shan, Sorry ya,” kataku semakin gemeteran.

Shanti begitu mendengar pertanyaanku itu, tanpa kusangka menggeleng pelan. Birahiku yang semakin meningkat, tak mampu lagi aku tahan. Kuraih tubuh Shanti agar sama-sama duduk dan kubalikan badannya agar menghadapku. Cepat-cepat aku tempelkan bibirku ke bibir Shanti. Shanti yang masih keliahatan kaget melihat kenekatanku, terdiam dan mulai bereaksi dengan membalas ciumanku.

Seperti orang kesurupan, kami yang sama-sama sedang nafsu dengan cepat saling menjilat bibir kami masing-masing. Tanganku pun dengan cepat meremas toket Shanti sementara tangan Shanti terus mengusap-ngusap bagian punggungku yang kini sudah telanjang dada.

Kuraih tubuh Shanti agar berdiri. Dan dengan satu tanganku, ku tarik celana pendek Shanti agar melorot ke bawah. Shanti tak diam ketika tanganku sudah menarik celana pendeknya termasuk CD-nya juga. Dia dengan gugupnya membuka kancing celana jeanku dan menarik turun resleting celanaku.

Aku membantunya dengan menurunkan sendiri celana dalam dan jeanku hingga kami sama-sama telanjang saling berpelukan dalam posisi masing- masing berdiri. β€œMasukin ya Shan,” pintaku ketika tangan Shanti dengan ganasnya meremas-remas kontolku yang sudah sangat tegang itu.

Shanti hanya mengangguk pelan ketika kontolku kuarahkan kebagian selangkangan Shanti yang sudah sangat basah itu. β€œShhhh,,,, ahhh..” Shanti mengerang. β€œAhhhh,,, cepetan Je, ntar Novan keburu dateng,,,” katanya sambil terus merenggangkan selangkangannya.

β€œAhhhhh,,, Shannnn….” kataku tak tahan merasakan kocokan tangan Shanti di kontolku.
Dengan posisi terus berdiri, kontolku kini sudah tepat di depan memek Shanti yang basah. Pelan-pelan kumasukan dengan bimbingan tangan Shanti.

β€œPelan- pelan Je,, ahhhh,,,,ahhhhh,,, Jeeee…….” Shanti mengerang sambil memelukku erat sekali ketika kontolku mulai menancap ke dalam vagina itu. β€œShaaaan,,,,, ahhhh,,,, ahhhh,,,,,” erangku merasakan nikmatnya menyetubuhi istri temanku itu.

β€œCepat Jeeee,,, cepetin lagi keluar- masukinnya Jeeee,,,,,,” Shanti merengek seperti seorang bayi yang minta cepat-cepat disusui oleh ibunya. β€œIya Shaaaan,,, segini enak Shaann,,,” tanyaku sambil kuisapi lidah Shanti yang menjulur-julur keluar dari mulutnya.

Shanti hanya menganggung mengiyakan pertanyaanku. β€œJeeee,,,, aku pengen keluar Jeee,,,, lebih cepet lagi Jeeee,,,,” pinta Shanti sambil tubuhnya menggelinjang kekiri-kekanan. Aku yang sebenernya juga sudah pengen keluar, semakin mempercepat kocokan kontolku keluar-masuk memek Shanti yang seluruh tubuhnya sudah kelihatan menegang hebat sekali.

β€œAaauuuu,,,,, Jeeee,,,, aku keluar Jeee,,,,,” Shanti meregang sambil menggigit pundakku.
β€œAku juga Shaaaann,,,,” kataku juga hampir bersamaan. Kupeluk tubuh Shanti yang kelihatan sangat kecapaian, Shanti tersenyum ketika keningnya aku cium.

β€œMakacih ya Je,,,” bisiknya sambil senyum- senyum.
β€œIya, makasih juga Shan,,,” kataku sambil terus kupeluk dia. Lama kami saling berpelukan masih dalam keadaan telanjang sambil duduk di depan tivi di atas karpet. Tiba-tiba Shanti meraih BH dan kaosnya.

Dengan manjanya, dia minta dipakaikannya olehku. β€œPakein dong Jee,, ntar keburu dateng suami gua lho.” pintanya. Aku langsung memakaikan BH dan kaosnya sambil tanganku mencari- cari kesempatan untuk meremas toketnya yang sudah sedikit mengendur lagi.

β€œUdah ah,,, besok- besok kan bisa lagi Je…” Kini kami sudah saling memasang pakaian masing-masing, tapi kami sepertinya masih tak ingin terpisahkan. Kami masih saling berpelukan di atas kursi ketika suara mobil kijang yang dikemudikan Novan terdengar memasuki halaman.

Shanti buru- buru bangkit dari pelukanku. β€œNovan dateng,” bisiknya padaku. Sambil bangkit, dia sempat mencium pipiku sekali saja. β€œBesok- besok lagi ya Jee,,,” katanya manja. Aku hanya mengangguk sambil merhatiin Shanti yang terus berlari ke arah pintu depan.

Aku masih duduk sambil nonton tv ketika si Novan menyapaku. β€œYuk, langsung cabut Je. Anak-anak udah pada nunggu nih. Lu udah lama ya? Sorry brur aku nganter mertuaku dulu tadi,” katanya tanpa kutanya. Shanti yang denger itu bilang β€œIya tuh, si Jeje udah dari tadi nungguin lu Van. Buruan sana pergi, ntar keburu bubaran deh acaranya,” kata Shanti sambil menggandeng tangan suaminya dengan mesra hingga ke pintu depan rumahnya.